Ahad 26 Mar 2017 14:16 WIB

Sleman Antisipasi Bullying di Sekolah

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Bullying (ilustrasi)
Foto: www.chicago-bureau.org
Bullying (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Sleman terbilang tinggi. Termasuk kekerasan psikis berupa bullying. Maka itu Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Sleman melakukan antisipasi bullying dengan menggelar sosialisasi di tingkat sekolah.

Selama dua bulan ini, setidaknya ada sembilan sekolah yang menjadi sasaran antisipasi bullying. "Kami berkeliling ke sekolah-sekolah untuk sosialisasi stop bullying," tutur Kepala Dinas P3AP2KB, Mafilindati Nuraini, Ahad (26/3).

Selain menggelar sosialisasi bagi para murid, P3AP2KB juga melibatkan orang tua dalam kegiatan kali ini. Linda menuturkan, kegiatan sosialisasi stop bullying ini penting digelar untuk menekan angka kekerasan anak. Pasalnya selama ini angka kekerassan anak semakin meningkat.

Pada 2016, terdapat 78 korban kekerasan anak yang ditangani oleh UPT Pusat Pelayanan Terpadu Pemberyaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sleman. Angka tersebut belum termasuk korban yang ditangani oleh forum penanggulangan kekerasan perempuan dan anak di kecamatan maupun desa.

Padahal menurut Linda, angka penanganan korban kekerasan di forum-forum desa dan kecamatan jauh lebih tinggi. Bahkan bisa mencapai ratusan orang. "Adapun berdasarkan lokasi, kekerasan banyak terjadi di tiga tempat, yakni rumah tangga, tempat umum, dan sekolah," paparnya.

Sementara itu, Kepala SD Model, Yulianti Indarsih menuturkan, sekolahnya sudah dua kali mengikuti kegiatan sosialisasi antisipasi bullying. Di antaranya dari Komnas Anak dan P2TP2A Sleman. Ia menilai kegiatan ini sebagai sesuatu yang positif. Pasalnya melalui sosialisasi, anak-anak bisa belajar bahwa bullying tidak baik bagi mereka.

Di sisi lain, keterlibatan orang tua dalam sosialisasi ini juga menjadi sesuatu yang sangat penting. Pasalnya orang tua dapat memahami apa saja yang harus dan tidak boleh mereka lalukan di depan anak-anak. "Ke depannya, agar antisipasi bullying ini semakin kongkrit, kami berencana untuk membuat kesepakatan tertulis," kata Yulianti.

Misalnya, orang tua harus bersikap santun pada anak-anak dan teman anak-anaknya. Selain itu, pihak sekolah juga akan membentuk tim pengawaas bullying yang bertugas untuk mencegah tindakan kekerasan psikis di sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement