REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menyebut hampir setiap ada kasus perundungan atau bullying terhadap anak-anak. Pernyataan ini disampaikan Risma dalam menanggapi kasus perundungan anak di Tasikmalaya yang berujung kematian.
"Jadi memang berat ini (perundungan anak). Hampir setiap hari kami melakukan media skrining, itu ada kasus. Hampir setiap hari," kata Risma kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Kamis (28/7/2022).
Bahkan, Risma mengaku punya data kasus perundungan anak yang berujung kematian. "Cuma ini masalahnya kasus anak. Jadi kan tidak bisa saya buka," ujarnya.
Menurut Risma untuk mencegah terjadinya kasus bullying, anak-anak itu perlu diberi kesibukan. Kesibukan itu dapat diberikan jika tersedia ruang dan arahan dari orang tua.
Karena itu, Risma berencana menata kantor Kemensos di Salemba, Jakarta Pusat sedemikian rupa agar bisa jadi ruang bermain anak-anak. "Jadi kalau sore, anak-anak boleh bermain di kantor Kemensos," kata eks wali kota Surabaya itu.
Para orang tua juga harus memberikan alternatif pilihan kegiatan kepada anaknya. Dengan begitu, anak-anak bisa membuat pilihan yang disediakan orang tua dan pada akhirnya terhindar dari kegiatan negatif seperti perundungan. Akan tetapi, orang tua juga tak boleh memaksakan keinginannya pada sang anak.
Sebelumnya, seorang anak SD berusia 11 tahun di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia diduga akibat depresi. Anak tersebut depresi hingga tak mau makan selama beberapa hari setelah menjadi korban perundungan yang diduga dilakukan oleh teman-temannya.
Aksi perundungan itu diduga dilakukan oleh empat teman sebayanya di sekitar rumah korban pada akhir Juni lalu. Korban tak hanya dipukuli, tapi juga dipaksa menyetubuhi kucing. Adegan itu direkam oleh para pelaku.
Setelah video itu tersebar, korban mengalami penurunan kesehatan dan psikis. “Anak saya jadi malu, tak mau makan-minum, melamun terus,” kata ibu kandung korban.