Kamis 23 Mar 2017 20:57 WIB

AS Kembangkan Daging dari Kultur Sel, Dosen UI: Investasinya Mahal

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Daging (ilustrasi)
Daging (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Teknologi pangan masa depan yang dicanangkan sebuah perusahaan Amerika Serikat dinilai kurang efektif. Perusahaan tersebut menggunakan kultur sel untuk menghasilkan daging unggas.

Dosen kultur sel Fakultas Biologi Univeristas Indonesia Abinawanto mengatakan, kultur sel membutuhkan investasi besar. Ia menjelaskan, pemanfaatan sel ataupun jaringan memerlukan sterilitas dari pengambilan sel, proses di ruangan hingga hasilnya.

"Investasi kultur mahal, untuk laboratorium, peralatan, media kultur dan lainnya," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (23/3).

Tidak hanya itu, untuk mengubah sel menjadi jaringan daging dibutuhkan media kultur yang berbeda. Seperti diketahui, ada banyak tahapan yang perlu ditempuh dalam proses kulturisasi tersebut.

Ia mengakui daging yang dihasilkan memiliki kandungan nutrisi yang sama dengan daging konvensional karena berasal dari jaringan hewan yang biasanya dipilih yang baik. Namun, untuk bentuk daging diakuinya memiliki potensi berbeda.

Untuk skala laboratorium, ia mengatakan, tempat kultur sel biasanya berbentuk persegi yang membuat hasil kultur berbentuk lembaran layakya daging konvensional. "Ini kalau kulturnya padat, kalau kulturnya cair beda lagi," ujarnya.

Kulturisasi perlu dilakukan bertahap hingga membentuk suatu jaringan yang stabil dan homogen. Selain itu, perlu juga diperhatikan stabilitas selnya dna kemampuan peremajaan sel, mengingat sel-sel tertentu memiliki keterbatasan. Untuk itu, ia menilai kultur sel untuk pangan kurang efektif.

"Daging yang biasa saja mudah didapat kenapa harus kultur? kan investasinya lebih mahal," kata dia.

Sementara itu ,Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Peternakan I Ketut Diarmita melihat potensi pangan masa depan tersebut. Cara itu membuat tidak dibutuhkannya lahan, pakan, dan budidaya ternak lagi selain stok sel atau stem cell.

Namun menurutnya peternakan konvensional tidak akan tergeser dengan keberadaan teknologi yang kesehatan dan kehalalannya masih diragukan. "Menurut saya tidak akan kalah yang natural," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement