REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Badan Intelijen Negara Daerah Jawa Barat Dani Gautama menyatakan, beredarnya hoax atau berita bohong telah memperkeruh informasi di masyarakat karena sulit untuk dibedakan benar atau salah.
"Berita hoax itu memperkeruh informasi," kata Dani saat kegiatan Sistem Informasi Intelijen Bagi Aparatur Pemerintah Kabupaten Garut di Aula Bela Negara Garut, Rabu (22/3).
Ia menuturkan, selama ini informasi yang tidak jelas kebenarannya mudah menyebar luas di masyarakat melalui berbagai media sosial.
Menurut dia, persoalan informasi itu harus dapat dipahami aparatur pemerintah sehingga dapat diminimalkan penyebaran berita bohong itu. "Beliau-beliau (PNS Garut) akan menerima pembekalan untuk bisa membedakan apa itu hoax atau bukan," katanya.
Ia menyampaikan, aparatur pemerintah dapat melakukan langkah-langkah dalam mencari kebenaran terhadap segala informasi yang menyebar di masyarakat. Aparatur pemerintah, kata dia, perlu menindaklanjuti informasi bohong tersebut dengan melakukan konfirmasi kebenarannya kepada pejabat berwenang.
"Perlu ada beberapa waktu, beberapa menit untuk kroscek kepada pejabat berwenang sehingga berita itu nanti saat disebarkan sudah melalui konfirmasi," katanya.
Ia menambahkan, pihaknya telah menjalankan program melawan berita bohong, bahkan masyarakat di sejumlah kota/kabupaten di Jabar telah mendeklarasikan diri anti-hoax.
Ia mengimbau masyarakat maupun aparatur pemerintah agar tidak sembarangan menyebarkan kembali informasi yang belum jelas sumber dan kebenarannya. "Apabila ada suatu berita tertentu, jangan langsung disebar ulang melalui WA (whatssapp) atau BBM (blackberry messenger), kita cek dulu," katanya.