REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat sebanyak 166 kasus demam berdarah dengue (DBD) di ibu kota Provinsi Riau tersebut selama tiga bulan pertama 2017.
"Hingga pekan ini tercatat 166 kasus DBD atau meningkat 17 dari pekan sebelumnya sebanyak 149 kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru, Helda S Munir di Pekanbaru, Rabu (22/3).
Ia merincikan, Kecamatan Bukit Raya merupakan wilayah dengan kasus DBD tertinggi mencapai 37 kasus atau meningkat lima kasus dari pekan lalu. Selanjutnya Kecamatan Tampan dan Marpoyan Damai masing-masing tercatat 24 kasus. Menyusul Kecamatan Tenayan Raya meningkat tiga kasus menjadi 18 kasus DBB dari pekan sebelumnya. Empat kecamatan diatas tercatat sebagai wilayah dengan peningkatan kasus DBD tertinggi mencapai dua kali lipat dibanding medio Februari 2017 lalu.
Peningkatan kasus DBD juga terjadi di Kecamatan Payung Sekaki yang tercatat sebanyak 16 kasus. Berikutnya Kecamatan Rumbai Pesisir 13 kasus, Lima Puluh sembilan kasus dan Pekanbaru Kota delapan kasus. Di Kecamatan Rumbai tercatat tujuh kasus DBD, Senapelan lima kasus, Sukajadi tiga kasus dan terakhir di Kecamatan Sail dua kasus.
Helda mengatakan, berdasarkan pendataan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, korban DBD mayoritas merupakan anak-anak usia 0 sampai 14 tahun. Untuk menekan penyebaran DBD, pihanya telah menyiapkan surat edaran ke seluruh camat untuk bersama memerangi penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegypti tersebut.
"Surat itu nantinya ditanda tangani langsung oleh Penjabat walikota Pekanbaru untuk diteruskan ke seluruh camat," ujarnya.
Selain itu, dia juga mengatakan tengah menggalakkan program satu rumah satu kader jumantik. Program satu rumah satu kader jumantik melibatkan salah satu anggota keluarga yang diberikan pemahaman soal mencegah penyakit DBD dan mendeteksinya secara dini.
"Kita harapkan satu rumah datu kader Jumanti ini bisa melakukan deteksi dini sehingga mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti," tuturnya.