REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pakar Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mengapresiasi wacana pengembangan rute Mass Rapid Transit (MRT) fase dua Bundaran HI-Pulau K. Namun wacana ini belum memiliki studinya.
"Nah oleh karena itu saya kira nomor satu studi dulu, tapi kalau disiapkan dari sekarang harapan suksesnya menurut saya akan jauh lebih besar," ujar Danang di Dinas Teknis Jatibaru, Jakart Pusat, Selasa (21/3).
Terlepas dari soal reklamasi, Danang menilai, pengembangan MRT akan lebih sukses apabila ditempatkan pada daerah yang belum dibangun. "Apabila daerahnya itu memang belum dibangun, kita membikin MRT LRT di daerah yang sudah padat seperti ini itu dipandang tidak sesukses daripada jika mereka menjangkau daerah-daerah baru," katanya.
Sebab, MRT atau transportasi lainnya tidak akan fleksibel jika dibangun di daerah padat permukiman dan perkantoran. Daerah baru akan lebih mudah merancang dan mengarahkan penempatan stasiun maupun halte-halte.
"Pokoknya kalau ada rencana sampai Pulau K ya harus dirancang dari sekarang, terlepas dari konflik soal reklamasinya," ujarnya.
Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah mengundang Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), PT MRT Jakarta, dan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk untuk melakukan rapat pada Rabu (15/3) sore WIB.
Pada awalnya Pemprov DKI Jakarta merencanakan rute Mass Rapid Transit (MRT) fase dua adalah Bundaran HI-Kampung Bandan. Namun karena tanah PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah dikerjasamakan dengan tiga perusahaan, maka rute tersebut di perpanjang menjadi Bundaran HI-Ancol Timur. Kemudian ia menuturkan ada wacana memperpanjang rute dari Kampung Bandan-Pulau K.