REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tawuran pelajar makin marak terjadi di berbagai kota besar. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Erlinda, mengatakan tawuran pelajar disebabkan oleh faktor lingkungan, kepribadian anak, dan pola asuh orang tua.
"Tawuran yang terjadi saat ini banyak sekali penyebabnya. Salah satunya, dari faktor lingkungan masyarakat sendiri. Adanya satu permisifitas atau pembiaran kepada anak-anak yang melakukan hal tersebut," kata Erlinda, kepada Republika.co.id, Senin (20/3).
Erlinda menjelaskan, lingkungan yang permisif merupakan faktor pemicu maraknya tawuran pelajar di kota-kota besar. Tawuran pelajar kerapkali dianggap lumrah dan tidak dipandang serius oleh masyarakat, padahal beberapa kasus tawuran berujung pada maut.
Ia menambahkan, lingkungan kerapkali juga menunjukkan perilaku buruk. Banyak anggota masyarakat usia dewasa melakukan tindak kekerasan. Hal itu menyebabkan anak-anak mudah melakukan tindakan kekerasan. Banyak pelaku tawuran awalnya hanya ikut-ikutan.
Erlinda melanjutkan, faktor internal psikologi anak juga berpengaruh memicu maraknya kenakalan remaja. Ada semacam kekecewaan pada individu anak karena impian dan realita yang dia hadapi bertolak belakang. Lantas, di usia remaja anak-anak tersebut masuk pada lingkungan yang salah.
"Di lingkungan keluarga, tawuran disebabkan pola asuh yang otoriter. Mereka melihat setiap saat orang tuanya melakukan kekerasan, saling bertengkar di depan anak-anak. Keluarga tidak harmonis. Itu menyebabkan anak-anak melakukan tawuran tindak kekerasan," ujar Erlinda.
Akibat pola asuh yang otoriter, menurut Erlinda, anak menjadi sulit berkomunikasi dengan orang lain ketika menghadapi masalah. Mereka cenderung mudah melakukan tindak kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Ia pun menyarankan agar orang tua memperbaiki komunikasi dengan anak.
Seperti diketahui, aksi kenakalan remaja semakin mengkhawatirkan karena merenggut korban jiwa. Di Yogyakarta, aksi kenakalan remaja //klitihan menewaskan seorang pelajar. Di Kota Bekasi, Jawa Barat, aksi tawuran di dua lokasi berbeda dalam satu hari juga menewaskan dua orang pelajar.