Kamis 16 Mar 2017 22:27 WIB

LIPI Kembangkan Pupuk Cair Hayati

Seorang petani menyiram lahan pertaniannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Seorang petani menyiram lahan pertaniannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan hasil penelitiannya berupa pupuk cair hayati untuk meningkatkan produktivitas hasil panen padi petani, di samping sebagai upaya menggemburkan lahan.

"Pupuk cair hayati ini selain mampu meningkatkan produktivitas hasil panen padi juga mampu menggemburkan tanah karena pupuk tersebut membantu menyerap NPL sekitar 50 persen dan kimia 50 persen," kata Wakil Kepala LIPI Prof. Bambang Subiyanto di sela Rapat Kerja Wakil Kepala dan Kedeputian Bidang Jasa Ilmiah LIPI 2017 di Malang, Jawa Timur, Kamis (16/3).

Pupuk cair hayati yang bisa dibuat sendiri oleh petani itu, kata dia, sudah diujicobakan di Ngawi dan Wonogiri. Hasilnya ternyata cukup mengejutkan, yakni sekitar 12 ton per hektare dengan penggunaan pupuk cair sekitar 20 liter per hektare. Sebelumnya, hasil panen hanya sekitar 8 ton per hektare.

Rencananya, lanjut Bambang, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) akan dibantu peralatan pembuatan pupuk cair yang harganya mencapai Rp 10 juta per unit. Bahan baku yang dibutuhkan untuk pembuatan pupuk cair organik hayati tersebut, di antaranya adalah kecambah, air kelapa, dedak (bekatul), gula merah, dan tetes tebu dengan komposisi 50:50.

Menyinggung kerja sama penelitian dengan sejumlah daerah, Bambang mengatakan bahwa hal itu tergantung pada potensi dan karakteristik masing-masing. Oleh karena itu, sebelum LIPI memberikan masukan terkait dengan pengembangan daerah, terutama pada aspek pengembangan pangan dan energi, tim peneliti dari bidang IPA dan sosial turun ke lapangan terlebih dahulu.

Ia menerangkan bahwa tim peneliti ahli IPA akan memotret potensi daerah dari sisi alam, sedangkan dari ilmu sosial ingin mencari jawaban tentang keinginan masyarakat mau diarahkan ke mana terhadap pengembangan daerahnya.

Misalnya, di Samosir, lewat penggunaan teknologi, seperti sirkulasi yang baik serta teknologi mendorong ikan untuk kawin, Balai Benih Ikan dapat menghasilkan lele 2,5 juta ekor per tebar, padahal sebelumnya hanya mampu 50.000 ekor.

Untuk Kabupaten Malang, potensi yang berpeluang dikembangkan adalah peternakan. LIPI sudah mempunyai teknologi yang mengarahkan sapi untuk beranak dengan jenis kelamin tertentu, seperti laki-laki dan betina. Tingkat keberhasilannya sekitar 80 persen.

Dengan cara itu, peternak bisa mengarahkan anak sapi sesuai dengan tujuan usaha, seperti untuk pengembangan jumlah sapi, diarahkan sapi betina dan seterusnya.

"Sekarang LIPI sudah bekerja sama dengan sekitar 60 daerah dalam pengembangan pangan dan energi. Pada tahun ini diharapkan ada tambahan 25 kota/kabupaten baru yang bekerja sama dengan LIPI," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement