Inovasi pertanian yang ditawarkan KP Gantong berupa pendekatan PTT (pengelolaan tanaman terpadu) dan Jarwo Super (jajar legowo super). PTT bukan barang baru, pendekatan ini telah banyak diketahui orang. Sementara Jarwo Super merupakan inovasi baru dari Balitbangtan, yaitu penerapan sistem tanam jajar legowo dan pengutamaan penggunaan bahan organik.
Oleh karena itu, pemberian kapur di lahan bekas tambang menjadi dua kali lipat, begitu juga dengan pemberian pupuk organik. Praktik ini pun menuai hasil.
Pada musim kemarau tahun 2016 lalu (bulan Juni-Juli), KP Gantong melakukan uji adaptasi beberapa varietas padi, yaitu Inpari 29, Inpago 8, dan Ciliwung. Terbukti, varietas itu adaptif alias tidak terpengaruh terhadap kondisi air asin yang menggenangi pertanaman.
"Pencapaian hasil uji itu kemudian menjadi pembelajaran pada pertanaman di musim tanam tahun 2017 ini. “Lahan berpasir bekas tambang itu akan kita tanami varietas genjah (umur 102),” ujar Dede Rusmawan, Kepala KP Gantong yang juga sebagai peneliti di BPTP Balitbangtan Babel.
Varietas genjah yang akan ditanam tersebut antara lain: Inpari 34, Inpari 19 dan Inpara 2. Tujuannya, tak lain adalah untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP), dari yang semula IP200 menjadi IP300. Artinya, semula petani hanya bisa panen dua kali dalam setahun, maka dengan peningkatan IP itu mereka bisa panen tiga kali/tahun.
Bahkan, mimpi ke depan terus dipupuk oleh pengelola KP bersama petani binaannya. Mereka berencana mengembangkan komoditas selain padi, seperti jagung, kacang hijau, kacang tanah, dan bahkan sangat memungkinkan pula untuk menanam komoditas hortikultura di lahan berpasir. Sekali lagi, inovasi pertanian punya jawabannya, dan lewat KP lah inovasi itu diperkenalkan kepada para petani.
KP Gantong memang masih sangat muda, “masih hijau”. Ibarat bayi, ia baru belajar berjalan sebelum akhirnya bisa berlari kencang. Maka, tak luput pula dari permasalahan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
