REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPD asal Jakarta Fahira Idris menilai, pada putaran kedua Pilkada DKI 2017 ini diharapkan lebih banyak adu gagasan soal tema-tema yang selama mereka perdebatkan di media massa dan media sosial. Menurutnya, tema itu mempunyai pandangan dan penanganan yang berbeda-beda, agar debat tersebut agar publik tercerahkan.
"Semakin banyak debat pada kampanye putaran kedua ini semakin baik, daripada saling sahut-menyahut di media massa atau media sosial. Lewat debat publik, warga Jakarta bisa lebih rasional memandang, paslon mana yang punya pandangan dan solusi paling masuk akal, tepat, rasional, dan orientasinya untuk kepentingan rakyat, bukan elit," ujar Fahira Idris, dalam siaran persnya, Kamis (9/3).
Fahira mengungkapkan, dari catatannya, ada tiga tema besar yang bisa menjadi irisan pertentangan kedua paslon, yaitu soal reklamasi, penanganan banjir termasuk soal penggusuran, dan terakhir penyediaan hunian layak. Dari ketiga tema ini, lanjutnya, kedua paslon menganggap pandangan dan solusinya paling benar.
"Sehingga ada baiknya keduanya dipertemukan dalam satu forum debat yang khusus membahas ketiga tema tersebut sampai tuntas," ucap dia.
Namun, yang menjadi persoalan, kata Fahira, KPU Jakarta hanya akan menggelar satu kali debat publik pada pilkada putaran kedua ini. Selain, biasanya tema debat publik yang digelar KPU terlalu normatif.
"Dan keterbatasan waktu tidak akan memungkinkan paslon memaparkan pandangan dan solusinya mengenai tema yang didebatkan secara komprehensif," tegasnya.