Rabu 08 Mar 2017 18:04 WIB

Bocah di Bekasi Empat Tahun Bertahan tanpa Anus

Rep: Kabul Astuti/ Red: Ilham
Logo Republika Online (ROL).
Foto: Republika Online (ROL)
Logo Republika Online (ROL).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Ramadhan Dirfansah, putra ketiga pasangan Saidah (36 tahun) dan Rohadirta (38), sudah empat tahun bertahan hidup tanpa anus. Warga RT 5/24 Kampung Poncol, Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat ini mengalami kelambatan tumbuh kembang. 

Ramadhan lahir pada 7 Agustus 2012 dengan kelainan anus imperforata. Kelainan terjadi ketika tidak ada pembukaan di ujung saluran pencernaan atau tidak ada lubang di anus. Belum diketahui penyebab pasti kelainan ini, namun diperkirakan hal ini terjadi pada satu dari 5.000 bayi.

Sang ayah, Rohadirta menuturkan, putra bungsunya lahir pada Agustus 2012 di RSUD Kota Bekasi. Ia lalu dirujuk ke RSCM atau Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Ramadhan sudah menjalani perawatan di RSCM selama tiga tahun.

"Sejak lahir di RSUD Kota Bekasi langsung disuruh ke RSCM karena di RSUD peralatannya belum komplit, dokter poli bedah anaknya nggak ada. Lahir tiga hari langsung operasi bikin lubang anus di bawah perut sebelah kiri," ujar Rohadirta kepada Republika.co.id, Rabu (8/3). 

 

Dokter sudah melakukan kolostomi atau pembuatan lubang buatan di bagian bawah perut untuk membuang kotoran yang ada di dalam tubuh si anak pada tahun 2012. Selang setahun, Ramadhan juga menjalani operasi pembuatan anus di RSCM.

Akan tetapi, hingga kini belum ada perkembangan sama sekali. Sampai usia 4 tahun, Ramadhan masih mengeluarkan kotoran lewat lubang di bagian bawah perut yang dibalut kain. Tiap bulan, ia membutuhkan dua pak kain kasa. Lubang di anusnya sudah dibedah, tapi tidak bisa berfungsi lantaran terlambat mendapat perawatan pascaoperasi.

"Tahun 2013 dibedah di RSCM, tapi karena telat beli alatnya, jadi lubang anus yang sudah dibuat malah menciut lagi. Harusnya tiga bulan setelah pembuatan lobang anus di pantat, tapi ini satu tahun kemudian baru beli karena lumayan mahal," ujar Rohadirta. 

Orang tua Ramadhan tidak mempunyai kecukupan dana. Biaya perawatannya bisa menelan dana sampai Rp 6 juta, padahal Rohadirta sehari-harinya hanya berprofesi sebagai Satpol PP Kota Bekasi. Penghasilannya Rp 2,2 juta per bulan. Dipotong untuk biaya pengobatan anak, gajinya tiap bulan hanya tersisa Rp 50 ribu.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement