Selasa 07 Mar 2017 15:50 WIB

Kirmir di Kota Bandung Rawan Ambrol

Rep: Arie Lukhardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga membuang sampah ke Sungai Cikapundung, Kota Bandung, Senin (28/3).
Foto: Dede Lukman Hakim
Warga membuang sampah ke Sungai Cikapundung, Kota Bandung, Senin (28/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kirmir (tanggul penahan bibir sungai) di Kota Bandung banyak yang dibangun jadi perumahan. Menurut Kasi Pemeliharaan dan Drainase Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung, Deni Saputra, sekitar 80 persen kirmir yang ada di 46 sungai di Kota Bandung saat ini telah penuh oleh perumahan.

Bahkan, menurut Deni, kondisi kirmir sungai di Kota Bandung saat ini rawan ambrol. Terutama, yang paling rawan adalah kirmir Sungai Cikapundung dan Sungai Citepus yang kondisinya sudah sangat tua.

"Sungai yang terancam, Citepus, Cikapundung itu karena sungai sudah tua, kirmir banyak yang sudah retak," ujar Deni di acara Bandung Menjawab di Kota Kota Bandung, Selasa (7/3).

Selain itu, kata dia, ada 5 kawasan yang kirmirnya juga rawan ambrol. Di  antaranya di Malabar Sungai Cikapundung, Cilentah belakang pasar Ancol, Sungai Citiis, dan Sungai Cibereum. Rata-rata, usia kirmir di Kota Bandung tersebut sudah ratusan tahun.

"Di Cilentah Sungai Cikapundung hampir 10 keluarga. Di Malabar lebih dari 10 terancam keluarga. Itu mereka tinggal di sepadan sungai," katanya.

Sebagai solusi, kata dia, Dinas PU berupaya untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal sepada sungai untuk merelakan sebagian lahan tempat tinggalnya dijadikan fasilitas umum dan fasilitas sosial. Sehingga, rumah tidak berada langsung di bibir sungai. Namun sayangnya, banyak warga yang tidak mau.

"Sebagian besar enggak mau dijadikan fasum fasos. Mereka itu tidak punya sertifikat karena sepadan sungai itu kan milik pemerintah," kata Deni.

Deni mengatakan, untuk melakukan perbaikan atau antisipasi ambrol kirmir petugas juga cukup kesulitan. Karena, sungai sudah dipenuhi bangunan. "Kalau kami melakukan sosialisasi warga selalu menanyakan pengganti rumahnya apa, evakuasinya seperti apa, mau ngambil matrial saja susah. Sudah padat sekali," katanya.

Seharusnya, kata dia, idealnya semua kirmir tersebut harus dipermanenkan dan diperbaiki. Namun, pihaknya menunggu kesediaan dari semua masyarakat karena selalu ada penolakan. "Kalau yang kirmirnya sudah tak ada bangunan, biasanya kami jadikan  RTH dan taman bermain," katanya.

Tahun lalu, kata dia, Pemkot Bandung telah memperbaiki 40 lokasi kirmir yang ambrol. Selain yang ambrol pihaknya juga memelihara kirmir lainnya di 200 lokasi. "Kalau tahun lalu, anggaran perbaikan kirmir ini sebesar Rp 14 miliar. Tapi, tahun ini anggarannya turun," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement