Jumat 03 Mar 2017 08:03 WIB

Pengembangan Pariwisata Tapal Batas Butuh Keseriusan

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Angga Indrawan
Wilayah Atambua, salah satu lokasi yang menjadi pengembangan pariwisata tapal batas.
Foto: Antara
Wilayah Atambua, salah satu lokasi yang menjadi pengembangan pariwisata tapal batas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan Wisata di kawasan Atambua ataupun wilayah tapal batas lainnya bukan tanpa halangan. Sejumlah kendala harus dihadapi pemerintah untuk memajukan sektor pariwisata di kawasan tersebut. Kendati demikian, ketersediaan atraksi, fasilitas pariwisata (amenities) dan aksesibilitas perlu jadi perhatian karena menjadi salah satu kunci perkembangan sebuah lokasi wisata, termasuk Cross-border Tourism (CBT) di Atambua.

Pengamat Pariwisata Universitas Pancasila, Fahrurozy Darmawan mengatakan, perkembangan wisata tapal batas tak bisa lepas dari tiga hal. Amenitas, atraksi, yang menjadi daya tarik bagi wisatawan dan aksesibilitas wisatawan. "Tapi dalam perkembangannya destinasi wisata saat ini butuh kelembagaan dari sisi pemerintah maupun masyarakat. Ini butuh keseriusan," kata Fahrurozy, Kamis (2/3).

Dia menjelaskan, kelembagaan ini nantinya menjembatani pemerintah, masyarakat dan swasta di mana ketiganya dapat menjadi pemangku kepentingan. Kelembagaan itu juga, lanjutnya, yang bakal memudahkan koordinasi ketiga stakeholder tersebut.

Fahrurozy mengatakan, kelembagaan ini juga dibutuhkan untuk menggerakkan program sadar wisata. Dalam pergerakannya bisa dilakukan bersama komunitas, di mana di dalamnya terdapat pedagang, pengusaha hotel atau homestay hingga pembimbing perjalanan.

Fahrurozy mengatakan, pemerintah dan komunitas harus memiliki sinergitas dan tujuan yang jelas terkait target yang ingin dicapai. Bersamaan dengan hal itu, dia melanjutkan, bisa disosialisasikan kepada masyarakat terkait program wisata pemerintah.

Misalnya, sambungnya, pemerintah bisa menjelaskan keuntungan dari pencapaian target kepada masyarakat. Atau masyarakat bisa menyampaikan kebutuhan mereka terkait pariwisata kepada pemerintah. "Ini semua butuh komunikasi sehingga kementerian yang memiliki taget dan anggaran bisa tercapai," katanya.

Memang, Fahrurozy mengungkapkan, bukan hanya kelembagaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan memopulerkan wisata di Atambua. Dia mengatakan, tiga hal yakni Amenitas, Atraksi dan Aksesibilitas menjadi hal penting yang juga tiak bisa dilupakan. "Tapi saya percaya karena fokus pemerintah itu kepada infrastrktur jadi mungkin bisa dikejar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement