Kamis 02 Mar 2017 10:23 WIB

Indonesia Taruh Harapan Besar Atas Kunjungan Raja Salman

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Raja Salman Abin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi memasuki ruangan pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo saat kunjungan kenegaraan di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Raja Salman Abin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi memasuki ruangan pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo saat kunjungan kenegaraan di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH --  Ada harapan besar dari pemerintah dan rakyat Indonesia atas kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud. Kunjungan diharap dapat meningkatkan hubungan politik dan komersil Arab Saudi dan Indonesia.

Konsulat Jenderal Indonesia di Jeddah, Muhammad Saripudin mengatakan, Indonesia dan Arab Saudi merupakan negara anggota PBB yang miliki strategi kontraterorisme. Dia mengatakan, terorisme bisa diatasi lewat empat pilar yaitu memerangi akarnya, penegakan hukum, peningkatan kapasitas, dan menghormati HAM.

"Pertukaran informasi Arab Saudi dan Indonesia demi mempelajari lebih lanjut langkah-langkah praktis dan hukum yang diikuti masing-masing negara,, merupakan hal yang sangat penting," kata Saripudin seperti dilansir Saudi Gazette, Kamis (2/3).

Saripundin merasa, ada banyak sektor yang terbuka bagi investor Arab Saudi di Indonesia seperti pertambangan, gas, infrastruktur, pariwisata, perumahan dan perdagangan. Bahkan, kedua negara telah menandatangani nota kesepahaman di bidang pertambangan senilai enam miliar dolar.

Namun, dia berharap, Indonesia turut bergabung ke pasar Arab Saudi karena sekatang investor asing diizinkan berinvestasi tanpa perlu mitra lokal. Kendala utama, kurangnya informasi tentang Arab Saudi yang dilihat cuma sebagai pusat ibadah tanpa melihat potensi bisnis.

"Indonesia menawarkan peluang pariwisata halal yang berbeda dari Saudi, kedua negara dapat berkolaborasi di sektor pariwisata untuk mencapai tujuan Visi Saudi 2030, dengan membantu sektor perhotelan dan mengidentifikasi tujuan wisata," ujar Saripudin.

Untuk haji, dia melihat, masih banyak masalah walau kuota haji sudah dikembalikan dari 168 ribu ke 221 ribu. Menurut Saripudin, kesulitan memperoleh izin haji membuat daftar tunggu bisa sampai 30 tahun, sehingga membuat banyak orang Indonesia memilih umrah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement