REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan tidak perlu ada kekhawatiran adanya penguatan kelompok radikal di Tanah Air. Hal itu mencuat seiring kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al saud ke Indonesia.
"Dari sisi kerja sama pendidikan, ada kekhawaitiran kehadiran Raja Salman ini memperkuat kelompok radikal di Indonesia. Saya pikir itu kekhawatiran yang berlebihan," kata Mu'ti di Jakarta, Rabu (1/3).
Dia mencontohkan sejauh ini terdapat beasiswa pendidikan pemerintah Saudi yang dimanfaatkan pelajar Indonesia untuk menempuh studi di berbagai lembaga pendidikan negara kaya minyak itu. Akan tetapi, kata dia, pelajar Indonesia tidak lantas menganut paham Islam aliran Salafi atau Wahabi usai menamatkan studi di Saudi. Justru, pelajar Indonesia yang mendapat beasiswa studi di Saudi tetap saja menganut madzhab Syafi'i.
"Tidak kemudian setelah studi di sana menjadi penganut Salafi atau Wahabi. Maka jangan ada kekhawatiran berlebihan terkait kunjungan ini," kata dia.
Menurut Mu'ti, Indonesia dan Saudi memiliki persoalan yang sama terkait tantangan menghadapi radikalisme dan terorisme. Dua negara berpenduduk mayoritas Muslim ini beberapa kali mengalami serangan orang atau kelompok terorisme. Dengan menepis kekhawatiran terkait kunjungan Raja Salman, Mu'ti berharap kunjungan orang nomor satu Saudi itu akan memperkuat kemitraan strategis dua negara dalam berbagai kerja sama seperti ekonomi, pendidikan dan lainnya yang relevan.