Selasa 28 Feb 2017 16:40 WIB

Hujan Jadi Kendala Bagi Pengusaha Kerajinan Kulit

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Tas kulit nan elegan
Foto: vogue
Tas kulit nan elegan

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Hujan yang terus menerus mengguyur DIY rupanya menimbulkan kendala bagi bisnis kerajinan kulit. Pasalnya, para pengusaha kerajinan kulit jadi kesusahan mencari bahan baku untuk produk mereka.

Hal ini disampaikan pengusaha kerajinan kulit di Kabupaten Sleman, Saptono Rubini. "Cuaca seperti sekarang ini jadi kendala. Karena persediaan bahan baku dari supplier turun. Jadi kita juga susah dapat kulit yang bagus," ujarnya saat ditemui di rumah produksi di Sambilegi, maguroharjo, Depok, Selasa (28/2).

Menurutnya, penurunan bahan baku dari pemasok terjadi lantaran hujan menghambat proses pengeringan dan pewarnaan kulit. Sehingga kualitas warna kulit yang dihasilkan terkadang jadi tidak sama seperti sebelumnya. Bahkan cenderung menurun.

Dengan kondisi tersebut, pengrajin aksesoris kulit jadi kesulitan untuk menyesuaikan warna kulit yang ada dengan pesanan dari pembeli. Alhasil pengraji pun harus mencari bahan alternatif lain sebagai pengganti kulit. "Kalau saya, biasanya bahannya saya campur pakai kombinasi kanvas. Tapi ya harganya jauh lebih murah dari pada produk aksesoris kulit," kata pria pemilik merk kerajinan kulit Mario Rubini itu menjelaskan.

Menurutnya, harga produk kombinasi kanvas jauh lebih murah 30 persen dibanding dengan kulit asli. Hal ini pun membuat keuntungan bisnisnya semakin menipis. Adapun harga satu unit produk berupa dompet, jika terbuat dari kulit asli, senilai Rp 100 sampai Rp 400 ribu. Sedangkan tas seharga Rp 400 sampai Rp 900 ribu.

Selama ini, Saptono dan pengrajin kerajinan kulit lainnya di Sleman biasa memasok bahan baku dari Kabupaten Bantul. "Kita pakai kulit sapi. Hampir 90 persen pasokannya dari Bantul. Kalau dari Sleman paling hanya 10 persen," ujarnya.

Meski demikian, ia mengatakan, kendala cuaca yang dialaminya tetap dapat ditangani dengan baik. Sampai sekarang usaha kecil menengah (UKM) miliknya dapat memproduksi 100 unit kerajinan per bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement