Kamis 23 Feb 2017 05:21 WIB

Din Syamsudin Sebut Dunia Hadapi Gangguan Besar, Ini Penjelasannya

Red: Nur Aini
Chairman CDCC yang juga mantan Ketum PP Muhammadiyah Din Syamsudin berpidato saat peluncuran buku Rumah Bagi Muslim, Indonesia, dan Keturunan Tionghoa di gedung dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (4/10).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Chairman CDCC yang juga mantan Ketum PP Muhammadiyah Din Syamsudin berpidato saat peluncuran buku Rumah Bagi Muslim, Indonesia, dan Keturunan Tionghoa di gedung dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2015 Prof Dr Din Syamsudin mengemukakan saat ini dunia sedang dihadapkan pada situasi yang disebut sebagai "Great Disruption" atau gangguan besar.

"Gangguan besar ini terutama karena adanya kerusakan-kerusakan yang bersifat akumulatif dalam kehidupan dunia, baik berupa kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, ketidakadilan, kesenjangan, sampai kekerasan dalam segala bentuknya, termasuk kegoncangan kultural tsunami atau banjir budaya," kata Din Syamsudin ketika menjadi pembicara kunci dalam Seminar Pra-Tanwir Muhammadiyah di Auditorium BAU Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (22/2).

Selain itu, kata dia, perang ideologi yang mengejawantah pada perang budaya adalah situasi yang niscaya terjadi, termasuk dalam internal sebuah agama, terutama terkait dengan perbedaan pemahaman tentang adanya ajaran-ajaran beragama yang melahirkan madzab-madzab maupun aliran-aliran yang berbeda. Menurut dia, karena kitab suci termasuk Alquran, memiliki watak ambivalen, yakni ayat-ayatnya dapat ditafsirkan. Ada ayat-ayat yang cenderung ditafsirkan dalam konteks yang positif, dan juga ada ayat-ayat yang cenderung dipahami secara negatif.

Oleh karena itu, kata Din, sebagai organisasi masyarakat Islam yang mendeklarasikan diri sebagai gerakan wasathiyah, Muhammadiyah diharapkan mampu memberikan solusi lewat jalan-jalan moderat atau konstitusional, bukan jalan yang ditempuh oleh gerakan ekstrimis Islam. Din juga menekankan pentingnya memperteguh watak gerakan Islam moderat Muhammadiyah di tengah pergulatan ideologi-ideologi dunia. "Ini penting agar kita tidak sampai menempuh jalan atau gerakan di luar rel," urainya.

Sementara itu, Tanwir yang merupakan lembaga musyawarah tertinggi Persyarikatan Muhammadiyah setelah Muktamar akan mengangkat tema "Kedaulatan dan Keadilan Sosial Menuju Indonesia Berkemajuan".  Menyinggung pelaksanaan sidang Tanwir Muhammadiyah, Din berharap warga Muhammadiyah tetap pada pengembalian pemahaman Islam moderat yang selama ini sudah baik. Seminar dalam rangka menyambut Tanwir Muhammadiyah di Ambon pada 24-26 Februari 2017 itu menghadirkan sejumlah pembicara lain, di antaranya Prof Syafiq A Mughni dipanel dengan Prof Dr Masdar Hilmy yang membahas materi "Peneguhan Identitas Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam Moderat".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement