REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjabarkan sejumlah kesuksesan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah daerah di Indonesia.
"Situasi kebakaran hutan dan lahan, tahun lalu teratasi disebabkan dua faktor utama," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei di Graha BNPB Jakarta, Rabu (20/2).
Pertama, ia berujar, antisipasi dan penanganan karhutla yang efektif dan lebih dini. Kedua, adanya anomali cuaca dan la nina lemah yang menyebabkan wilayah di Indonesia banyak hujan.
Willem mengatakan, penanggulangan karhutla dilakukan dengan sejumlah strategi. Pertama, direktif Presiden tertanggal 18 Januari 2016 tentang pencegahan karhutla. Artinya, meningkatkan pengendalian karhutla dengan pencegahan semaksimal mungkin. Serta, memadamkan titik api sedini mungkin.
Kedua, melaksanakan Inpres Nomor 11 Tahun 15 tentang peningkatan pengendalian karhutla yang mengatur fungsi dan tanggung jawab masing-masing kementerian/lembaga. Ketiga, pemda menetapkan siaga darurat karhutla sejak dini. Pada 2017, Provinsi Riau dan Sumatra Selatan menjadi daerah yang sudah menetapkan siaga darurat.
Keempat, memperkuat upaya pencegahan sistem peringatan diri, sosialisasi dan patroli. Kelima, mengaktifkan posko-posko sampai ke tingkat desa.
Keenam, melaksanakan pemadaman api sedini mungkin. Ketujuh, mendorong partisipasi dunia usaha. Selanjutnya melanjutkan pembangunan kanal blocking, embung dan sumur.
Terakhir melakukan operasi seperti bom air dan teknologi modifikasi cuaca. Selain itu dilakukan operasi penegakan hukum terhadap pelanggaran pada oknum yang membuka lahan dengan membakar.