REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA – Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Purwakarta, mengklaim jalur lingkar barat yang menghubungkan antar kecamatan dengan wilayah seberang Waduk Jatiluhur rawan ambles dan longsor. Alasannya jalur baru tersebut kontur tanahnya labil. Sehingga, saat musim penghujan seperti sekarang ini, tanah tersebut rawan amblas dan longsor.
Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Purwakarta, Budi Supriyadi, mengatakan, wajar bila jalur lingkar barat itu rawan amblas dan longsor. Sebab, jalur itu awalnya hutan belantara. Saat ini, jadi jalan. Sehingga, tanahnya masih labil. Apalagi, proses pengerasan jalannya terhitung cukup singkat. "Kami ini mengejar kebutuhan masyarakat dulu. Makanya, setelah hutan belantara dibuka, jalur tersebut dikeraskan lalu dibeton," ujar Budi, kepada Republika, Rabu (22/2).
Jalan lingkar barat itu, panjangnya mencapai 57 kilometer. Dari panjang tersebut, ada sejumlah titik yang diwaspadai rawan longsor dan ambles. Seperti, di Sukamukti dan Ciririp. Karena itu, setelah proyek jalan ini selesai, pihaknya akan memerlakukan jalur tersebut dengan berbeda. Terutama di titik-titik yang diwaspadai.
Perlakuan bedanya, yaitu jalan yang rawan ambles akan diprioritaskan pembangunan drainasenya. Seharusnya, lanjut Budi, sebelum jalan tersebut dibangun, yang kali pertama dibuat adalah drainase. Tetapi, karena pembangunan jalan lingkar barat ini sudah sangat urgent, maka yang pertama kali dibangun adalah badan jalannya dulu. "Karena itu, setelah selesai pembangunan badan jalan, kita akan fokus pada drainase," ujarnya.
Sedangkan untuk perlakuan jalan yang rawan longsor tentu berbeda dengan rawan ambles. Untuk yang rawan longsor, pihaknya akan segera membangun tembok penahan tanah (PTP). Akan tetapi, pembangunan drainase dan PTP ini, baru bisa dilaksanakan usai bahu jalan lingkar barat rampung dikerjakan. "Tahun ini, pekerjaan lingkar barat selesai. Setelah itu, kita akan fokus pada pemeliharaan. Termasuk, solusi bagi titik-titik yang rawan amblas dan longsor," jelasnya.