Rabu 22 Feb 2017 16:45 WIB

Anggrek Merapi Dilepasliarkan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Andi Nur Aminah
Anggrek Merapi
Foto: Antara
Anggrek Merapi

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Kawasan lereng Merapi dikenal sebagai habitat dari beragam jenis tanaman anggrek. Hingga saat ini ada sekitar 95 jenis anggrek yang tumbuh di sekitar Gunung Merapi. Sebagian di antaranya tergolong ke dalam spesies langka.

Namun berbagai kondisi alam seperti erupsi dan faktor campur tangan manusia menyebabkan jumlah anggrek di kawasan lereng Merapi semakin berkurang. Persoalan ini pun mendorong penyelenggaraan program adopsi anggrek dua tahun lalu.

Melalui program tersebut, sebanyak 28 pengadopsi diberi bibit anggrek untuk dipelihara dan dikembangkan di luar kawasan Merapi. Setelah tumbuh menjadi tanaman dewasa, akhirnya sekarang anggrek tersebut siap dilepasliarkan kembali ke alam di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).

Desa Wonokromo, Kecamatan Turi menjadi salah satu lokasi bibit-bibit anggrek asli Merapi dikembangbiakkan dan dipelihara hingga tumbuh dewasa. Puluhan warga di desa tersebut juga membangun sendiri green house atau rumah budidaya anggrek.

Menurut Kepala Desa Wonokromo, Tomon Haryo Wibisono, selain sebagai upaya pelestarian lingkungan, kegiatan ini juga menjadi salah satu upaya pemberdayaan masyarakat desa. Ia mengatakan, program yang berjalan atas kerja sama desa dengan TNGM dan Fakuktas Kehutanan UGM tersebut memberi dampak positif bagi warga setempat.

“Bagi kami program ini sangat membanggakan, karena desa tidak mungkin bisa berjalan sendiri tanpa lembaga lain yang memberikan dukungan. Kalau desa hanya jalan sendiri hasilnya pasti itu-itu saja. Saya harap kerja sama ini bisa terus berkembang dan bermanfaat,” kata Temon, Rabu (22/2).

Selain pelestarian anggrek, kerja sama antara tiga pihak tersebut juga berkaitan dengan berbagai program pelestarian ekosistem tanah dan air, misalnya melalui program sabuk hijau. Namun demikian, Dekan Fakultas Kehutanan, Budiadi menyampaikan, keterlibatan masyarakat dalam program kerjadama ini menjadi salah satu faktor paling krusial bagi keberhasilan usaha-usaha konservasi yang telah direncanakan.

"Bahkan birokrat di kementerian sekalipun membutuhkan peran aktif masyarakat dalam melestarikan atau membangun hutan yang mereka tempati. Peran aktif warga desa untuk menjaga kelestarian hutan pada akhirnya memberikan manfaat balik pada masyarakat sekitar,” tuturnya.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY, Sutarto pun mengapresiasi program kerja sama tersebut. Karena program ini pada akhirnya mampu memberikan kontribusi aktif bagi kelestarian alam di Lereng Merapi.  “Kegiatan ini menjadi penting mengingat tanaman anggrek Merapi perlu dilestarikan agar keanekaragaman terjaga dan tetap lestari,” ujar Sutarto. Ia berharap, ke depannya program serupa bisa terus berjalan dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement