REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, akan menelusuri keberadaan daging beku yang marak dijual di sejumlah pasar tradisional. Pasalnya, keberadaan daging beku ini tak ada laporan ke instansi tersebut. Sehingga, kehigienisan daging itu diragukan.
Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Abuh Buchori, mengatakan, saat ini sedang diwaspadai penyakit antraks. Terutama pada hewan ternak yang akan dipotong. Tiba-tiba di Karawang, banyak dijual daging beku.
"Kita tidak tahu, apakah daging tersebut higienis atau tidak?," ujarnya, kepada //Republika//, Rabu (15/2).
Apalagi, sampai saat ini pihaknya tak mengetahui, siapa distributor daging sapi beku itu. Sehingga, bila ada apa-apa dengan masyarakat yang mengkonsumsi daging beku itu, siapa yang akan bertanggung jawab?
Karena itu, dalam waktu dekat pihaknya akan kroscek ke lapangan. Guna memastikan apakah daging beku itu terbebas dari penyakit atau tidak. Meskipun, pengecekan ini bukan sepenuhnya tanggung jawab pihaknya. Namun, demi kesehatan warga hal ini harus dilakukan.
"Seharusnya, ada instansi yang lebih berwenang. Tapi, sepertinya mereka juga belum bergerak," ujarnya.
Menurut Abuh, masyarakat harus waspada terhadap daging yang dijual di pasaran. Terutama, yang sudah dibekukan. Sebab, biasanya daging beku itu merupakan daging impor. Kalau daging segar lokal yang dijual di pasaran, itu dijamin kehigienisannya. Sebab, sebelum dipotong di RPH, hewan tersebut diperiksa kesehatannya dulu.
"Kalau daging beku, kami tak mengetahui riwayat kesehatan hewannya," ujarnya.
Sementara itu, Yayah Rokayah (36 tahun), pemilik warung nasi asal Desa Kondang Jaya, Kecamatan Karawang Timur, mengaku, dirinya lebih memilih daging sapi segar lokal ketimbang daging beku. Meskipun, harganya lebih mahal. Saat ini, daging segar super harganya masih Rp 120 ribu per kilogram.
"Kalau daging beku harganya di bawah Rp 100 ribu per kilogram. Tetapi, rasanya tidak enak. Makanya, saya lebih pilih daging segar lokal," ujarnya.