REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Badan Konservasi Selandia Baru mengatakan bahwa 240 paus pilot yang pada Ahad (12/2) terjebak terdampar di sebuah teluk terpencil, beberapa hari setelah ratusan paus lain juga terdampar, akhirnya mampu berenang bebas.
"Kemarin kami menemukan 240 paus yang terdampar pada siang hari dan kami khawatir hewan tersebut akan mati pagi ini," kata Herb Christophers, juru bicara pada badan konservasi. "Tetapi mereka mampu menyelamatkan diri, maksudnya ketika air pasang mereka dapat mengapung dan berenang ke laut."
Kawanan itu merupakan kelompok kedua yang terdampar di Teluk Emas, di ujung barat laut dari South Island dan merupakan kejadian terburuk menyangkut kawanan besar paus yang terdampar di negeri itu.
Pada Kamis malam, petugas konservasi menemukan sekitar 400 paus yang terdampar di pantai. Ratusan orang relawan berusaha menolong kawanan mamalia laut itu dengan menyirami tubuh mereka dengan air agar tetap dingin sambil menanti air pasang yang bisa membawa mereka kembali ke laut.
Namun sebagian besar dari paus-paus itu ditemukan mati. Petugas akan segera membersihkan bangkai-bangkai mereka, kata Christophers.
Paus terdampar kali ini merupakan jumlah terbesar dalam beberapa puluh tahun terakhir di Selandia Baru. Penyebab satwa itu terdampar belum diketahui, meskipun tidak lazim paus-paus menuju pantai Golden Bay.
Perairan dangkal berlumpur di sekitarnya membingungkan sonar mamalia itu sehingga tak terelakkan lagi mereka terseret arus surut menuju pantai, menurut organisasi lingkungan Project Jonah. Paus pilot bukan tergolong hewan langka, tetapi jumlahnya di Selandia Baru kurang diketahui.