Ahad 12 Feb 2017 11:32 WIB

Debat Pilkada Terakhir Pengaruhi Elektabilitas Paslon

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Winda Destiana Putri
Paslon Cagub dan Cawagub DKI Jakarta nomor urut 1 Agus-Sylvi bersalaman dengan paslon nomor urut 3 Anies- Sandi saat mengikuti final debat pasangan calon di Jakarta, Jumat (10/2).
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Paslon Cagub dan Cawagub DKI Jakarta nomor urut 1 Agus-Sylvi bersalaman dengan paslon nomor urut 3 Anies- Sandi saat mengikuti final debat pasangan calon di Jakarta, Jumat (10/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito menilai debat pilkada DKI Jakarta terakhir yang digelar pada Jumat (10/2) kemarin dapat meningkatkan elektabilitas masing-masing pasangan calon. Debat pilkada terakhir tersebut, kata dia, menjadi momentum yang dapat mengambil suara pemilih yang belum menentukan pilihan atau undecided voters.

"Memang kandidat punya loyalis voters, tapi banyak juga suara mengambang. Tiga kali debat juga cukup membantu konfigurasi pemilih suara mengambang. Dalam konteks ini memang suara pengambang akan memberi pengaruh," kata Arie saat dihubungi, Ahad (12/10).

Tak hanya itu, ia juga menilai debat terakhir tersebut juga dapat merebut suara dari pasangan calon lain sehingga dapat menaikkan tingkat elektabilitas. Debat tersebut, kata dia, dapat mencuri suara dari kalangan masyarakat kelas menengah. "Segmennya beda-beda, kalau menengah itu terpengaruh. Sementara grassroot rata-rata mereka loyalis masing-masing kelompok," ujarnya.

Arie menjelaskan, pendukung loyalis masing-masing kandidat cukup besar. Sedangkan, para kandidat juga melakukan manuver-manuver untuk meraih kemenangan. Sehingga, Arie menilai, masing-masing kandidat sama-sama memiliki peluang untuk menang. 

Meski dalam aturan saat masa tenang menjelang pilkada dilarang untuk berkampanye, namun Arie menilai masih ada kampanye-kampanye yang dilakukan. Karena itu, menurutnya, masyarakat juga harus turut menjaga penyelenggaraan pilkada agar tak menjadi konflik atau tercipta kerusuhan. Berbagai macam bentuk propaganda maupun provokasi pun perlu dihindari. "Saya rasa secara formal gak boleh kampanye, tapi sebenarnya masih ada. Saya pesan untuk tidak masuk dalam propaganda dan provokasi. Yang kedua, pemilukada damai jangan ada rusuh," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement