REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al-Washliyah akan mengkaji dulu plus minus aksi pada 11 Februari 2017 (Aksi 112) mendatang. Meski begitu, Al-Washliyah tak bisa melarang bila ada anggotanya yang hendak ikut.
Ketua Umum PB Al-Washliyah Yusnar Yusuf Rangkuti mengatakan, Al Wahsliyah sendiri masih menimbang positif dan negatif Aksi 112. Kalau tujuannya adalah untuk umat, Al Washliyah akan ikut. Tapi, Al Washliyah tidak menonjolkan diri.
"Al Washliyah akan menelaah apakah Aksi 112 mubadzir atau tidak. Sebab pesan kepada umat dinilai sudah sampai. Al Washliyah sendiri tak bisa melarang dan keputusan akan diserahkan kepada anggota," kata Yusnar, Rabu (8/2).
Al Washliyah tak ingin berbenturan dengan pemerintah. Meski pun, Yusnar menilai, berbeda pendapat adalah hal biasa.
Kegiatan umat ini sudah lama direncanakan. Umat Islam melihat ada ketidakadilan karena itu ada rencana kembali ke jalan pada 11 Februari yang pada dasarnya ingin menyampaikan aspirasi untuk mengembalikan rasa keadilan. Misalnya kalimat tauhid yang dipermasalahkan pada bendera. Sehingga seolah-olah ada tendesi kepada satu kelompok.
Juga saat Kiai Ma'ruf Amin dipojokkan dalam persidangan kasus penistaan agama. Yang dilakukan umat Islam adalah akumulasi. Sementara dari sisi kepolisian, melarang aksi adalah boleh.
Al Washliyah sendiri ingin mengedepankan kebhinekaan. Sebagai rahmatan lil alamin, Yusnar melihat saat ini sebaiknya umat menenangkan diri dulu. Meski begitu, bila pun aksi pada 11 Februari tetap akan dilangsungkan, Al Washliyah menilai, sebaiknya dipusatkan di Masjid Istiqlal dulu. Kecuali bila massa meluber. "Kalau pun turun ke jalan, kami juga yakin umat Islam akan tertib," kata Yusnar.