REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga merupakan mantan presiden memberikan pidato politik dalam rangka dies natalis Partai Demokrat pada Selasa (7/2) malam. Dalam pidato tersebut, SBY sempat menyinggung permasalahan yang menyeret calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam kasus dugaan penodaan agama.
Menurut pengamat politik Universitas Airlangga Surabaya, Hariadi, pidato politik SBY tersebut justru hanya menjadi ajang kampanye terselubung bagi putranya yang juga turut maju dalam kompetisi pilkada DKI Jakarta.
"Saya kira itu lebih merupakan pemanfataan momentum menjelang pilkada daripada pesan moral. Kemarin kampanye terselubung saja, sekaligus untuk konsolidasi partai," jelas Hariadi saat dihubungi, Rabu (8/2).
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil survey terhadap pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni (Agus-Sylvi) tidak terlalu cukup mendongkrak perolehan suara. Karena itu, momen dies natalis Partai Demokrat tersebut juga dimanfaatkan sebagai ajang kampanye, selain untuk mengkonsolidasikan partai.
"Poin kuncinya beberapa kali beliau memberi sinyal hiruk pikuk belakangan ini persoalannya Ahok, inti utamanya kalimat-kalimat untuk men-downgrade Ahok dengan kemasan-kemasan pesan moral. Yang terpenting dari ucapannya pak SBY, segala persoalan ini adalah Ahok," jelas dia.