REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jelang masa tenang kampanye, calon gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok sering melakukan kampanye tanpa izin atau melaporkan terlebih dahulu ke Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) baik di tingkat kota, kecamatan ataupun petugas lapangan.
Kampanye blusukan tanpa izin itu pernah dilakukan di Semper Barat Jakarta Utara beberapa pekan lalu, Lubang Buaya Jakarta Timur pada Jumat (3/2), dan terakhir Kalideres Jakarta Barat pada Ahad (5/2). Saat ditanyakan ihwal kampanye yang tak berizin tersebut, pejawat itu selalu menegaskan bahwa dirinya tidak berkampanye. Menurut Ahok, ia hanya melakukan blusukan untuk mengetahui permasalahan warga.
"Tadi aku kampanye enggak? Saya aja bilang sama Pak RT, kalau memang (warga) enggak pilih saya, enggak apa-apa kok," kata Ahok, di saat blusukan di Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur, Senin (6/2).
Padahal, setiap blusukan Ahok tampak menggunakan atribut Pilkada yakni mengenakan kemeja kotak-kotak. Bahkan, tim kampanye Ahok juga membagi-bagikan kartu nama dan buku berjudul A Man Called Ahok.
Pejawat itu juga selalu mempromosikan program Pemprov DKI Jakarta untuk membebaskan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) bagi tanah dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di bawah Rp 2 miliar, program Kartu Jakarta Pintar (KJP) hingga normalisasi sungai ataupun program memberi vaksin kepada balita.
Namun, Ahok selalu menolak ketika penyampaian program merupakan kampanye. "Program apa? Ini diskusi," tegas Ahok.
Sementara itu, Sekretaris Tim Sukses Pemenangan Ahok-Djarot Ace Hasan Syadzily mengatakan, calon nomor urut 2 di Pilgub DKI, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat makin meningkatkan intensitas blusukan dan berjumpa dengan pendukungnya di berbagai titik di DKI Jakarta menjelang minggu tenang, Ahad (12/2).
Meski terkadang beberapa titik blusukan tertentu tidak dilaporkan sebelumnya karena untuk menghindari terjadinya pengadangan di lapangan. Ace mengatakan, selama ini tim pemenangan selalu melaporkan titik-titik blusukan secara umum saja mengingat banyak sekali penghadangan dilakukan oleh sekelompok orang setiap kali titik blusukan dilaporkan secara detil.
"Seringkali info titik blusukan itu bocor, entah dari mana. Sehingga di lapangan kerap terjadi pengadangan," ungkapnya.
Misalnya dalam blusukan di Jati Padang dan Semper, Cilincing, Ahok mengalami pengadangan. Meski begitu, dia tetap melanjutkan kegiatan blusukan dan menyapa warga, serta mencari info terkait masalah banjir dan lainnya di titik-titik blusukan.
Namun Ace mengakui, titik blusukan Basuki (Ahok) memang lebih spesifik ke titik-titik di Jakarta yang masih suka terkena banjir. Karena tujuan blusukan Basuki sekaligus untuk mengevaluasi kinerja aparat Pemprov DKI dan pencapaiannya selama beliau cuti.