Senin 06 Feb 2017 14:16 WIB

Damkar Sleman Kumpulkan Data Kronologis Kebakaran Diduga Teror

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Kebakaran
Foto: ist
Kebakaran

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemadam Kebakaran (Damkar) Sleman mendatangi tujuh titik kebakaran yang diduga terjadi akibat teror. Kedatangan lima petugas Damkar tersebut bertujuan untuk mengumpulkan data-data terkait kronologis kebakaran.

"Kami akan mengidentifikasi dan mencari kronologi kejadian kebakaran. Sekarang kami sedang kumpulkan data kronologis dulu," kata Kepala Bidang Kebakaran, Satpol PP, Ismu Ahmad Widodo saat ditemui di Mejinglor, Senin (6/2).

Menurutnya, pengumpulan data ini dilakukan untuk kepentingan Damkar sendiri sebagai dokumen kebakaran. Ismu menjelaskan, Damkar sendiri tidak bisa mengambil kesimpulan terkait penyebab kebakaran yang terjadi Ahad (5/2). Pasalnya kewenangan untuk menyimpulkan penyebab peristiwa ada di tangan kepolisian. "Kami belum tahu penyebabnya apa. Nanti polisi yang menyelidiki. Jadi biarkan polisi yang kasih kesimpulan," kata Ismu.

Baca juga: Teror Kebakaran Resahkan Warga

Sebelumnya, Damkar Sleman melakukan pemadaman di tujuh titik kebakaran yang terjadi di sekitar Kecamatan Godean dan Gamping. Ismu membenarkan bahwa lokasi kebakaran tidak berjauhan. Bahkan jarak waktu kejadiannya tidak lama.

Pinred Bernas Jogja yang menjadi korban kebakaran, Putut Wiryawan (58) menyampaikan, kebakaran di rumahnya dan enam titik lain memang sangat meresahkan. Bahkan peristiwa tersebut diyakini sebagai aktivitas teror.

"Ya sepertinya memang disengaja untuk merusak cipta kondisi di Mejing. Karena selama ini, Mejing memang guyub," ujar pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPD Partai Demokrat itu. Di sisi lain, ia membantah bahwa teror kebakaran di rumahnya terkait dengan konten berita yang pernah dikeluarkan Bernas.

Meski demikian, Putut juga tidak memiliki kecurigaan terhadap pihak manapun sebagai pelaku teror. Pasalnya selama ini ia tidak memiliki masalah apapun dengan orang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement