REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Buah tropis asal Indonesia seperti mangga memiliki potensi ekspor cukup besar, namun kurang dimaksimalkan karena mekanisme panennya masih bersifat musimam, kata Ahli tanaman tropis asal Malang, Jawa Timur, Nur Hidayat.
"Jika musim panen produksi buah tropis meningkat, tapi kalau di luar musim panen produksinya turun, bahkan harganya anjlok saat panen dan melonjak saat di luar musim," ucap Nur yang juga menjabat Sales Manager Region East Java PT Syngenta Indonesia, atau perusahaan bidang pembibitan tanaman, Rabu (1/2).
Nur yang ditemui di sela-sela kampanye bangga bertani mangga di Gresik. Ia mengatakan, solusi mengatasi minimnya produksi di luar musim panen adalah dengan menerapkan pembungaan awal agar bisa selalu panen buah di luar musim, sebab yang menjadi kendala bagi produksi buah di dalam negeri yakni volume produksi yang tidak stabil.
Dia mencontohkan harga pasar mangga bisa merosot antara Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kilogram jika masa panen, namun di luar panen tidak ada produksi. "Perlu bisa menyiasatinya dengan memaksimalkan produksi mangga di luar musim dengan teknologi tertentu atau perawatan mangga secara insentif untuk meningkatkan produktivitas tanaman," katanya.
Untuk buah mangga, kata dia, pohon yang tidak terawat hanya dapat menghasilkan buah sebanyak 20 kg per pohon, sedangkan rata-rata pohon mangga seharusnya bisa menghasilkan buah sebanyak 40 kg per pohon.
Ia mengatakan produksi buah mangga di Indonesia sendiri setiap tahun cenderung merosot, seperti pada 2014 luas panen buah mangga mencapai 268.053 hektare. Angka tersebut, kata Nur menurun sebesar 26,32 persen pada 2015 menjadi 197.502 hektare.
"Di Jawa Timur pun juga terjadi penurunan luasan lahan sebesar 26,32 persen, yakni pada 2014 mencapai 102.820 hektar, turun menjadi 79.808 hektar pada 2015," katanya.
Padahal, kata dia, Indonesia merupakan produsen mangga terbesar keempat dunia dengan hasil panen sebesar 2,4 metrik ton per tahun. "Dari total angka tersebut, Jawa Timur berkontribusi sebanyak 60 persen. Bahkan saat musim panen kita bahkan bisa ekspor ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, maupun Thailand. Tetapi angka ekspornya memang masih minim yakni sekitar 5 persen saja," katanya.
Oleh karena itu, potensi ekspor buah tropis dari Indonesia sangat besar apabila bisa dimaksimalkan dan suplai buah di dalam negeri juga bisa lebih stabil. "Indonesia yang beriklim tropis memiliki keuntungan untuk menjadi pengekspor buah tropis. Volume ekspor buah lokal Indonesia pada 2015 mencapai 68.556 ton dengan nilai ekspor sebesar 37,7 juta dolar AS. Namun volume impor buah masih lebih besar, yakni mencapai 344.221 ton, atau senilai 534,83 juta dolar AS," katanya.