Rabu 01 Feb 2017 17:46 WIB

Sikap Ahok kepada Kiai Ma'ruf Dinilai tak Pantas

Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjalani sidang lanjutan kasus dugaan penistaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (24/1).
Foto: Antara/Pool/Isra Triansyah
Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjalani sidang lanjutan kasus dugaan penistaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kader Muda Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Candra Wahyudi menyayangkan sikap dari cagub DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam persidangan terkait dugaan penistaan agama, terhadap saksi yakni Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Rais Aam PBNU, KH Ma'ruf Amin yang sungguh tidak pantas.

"Sikap Pak Ahok dan tim pengacaranya sungguh tidak pantas dan sangat disayangkan," ujar Candra dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Senin (1/2).

Candra menjelaskan, sikap dari Ahok dan tim kuasa hukumnya seakan-akan Kiai Ma'ruf adalah seorang tersangka atau terdakwa. Padahal, Kiai Ma'ruf dalam persidangan tersebut hanya sebagai saksi yang diajukan Jaksa Penuntut Umum (JPU). Seharusnya, lanjut Candra, Ahok dan tim kuasa hukumnya dapat memperlakukan Kiyai Ma'ruf lebih santun.

"Apalagi ada statement yang seolah-olah Kiyai Ma'ruf berbohong. Itu sungguh menyakiti kami sebagai santrinya beliu," kata calon ketua umum PB PMII ini.

Candra berharap, Ahok beserta tim kuasa hukumnya untuk segera menemui Kiai Ma'ruf secara langsung dan meminta maaf. Hal tersebut guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan akibat dari sikap Ahok dan tim kuasa hukumnya terhadap Kiai Ma'ruf.

"Saya harap Pak Ahok dan kuasa hukumnya segera sowan dan meminta maaf, serta memberikan klarifikasi. Sebagai warga NU, kami merasa tersakiti juga dengan sikapnya terhadap kiyai Ma'ruf seperti itu," ucapnya.

Candra menegaskan, situasi dan kondisi bangsa saat ini yang sedang dirongrong oleh pihak-pihak yang menginginkan negara dalam kondisi tidak aman, harus disikapi semua pihak dengan kepala dingin, agar tidak mudah terprovokasi. Maraknya informasi yang tidak akurat dan cenderung mengadu-domba sangat berbahaya bagi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

Karena itu, ia meminta semua pihak harus menahan diri agar tidak mudah terprovokasi. Persoalan hukum yang sedang dihadapi Ahok, seharusnya tidak dibawa-bawa ke ranah politik. Seperti menyangkut pautkan sikap politik Kiai Ma’ruf. Padahal, sebagai warga negara, Kiyai Ma’ruf bebas menentukan pilihan politiknya. 

“Tolong jangan bawa-bawa Kiai Ma’ruf ke ranah politik praktis. Beliau adalah seorang ulama yang harus kita hormati, termasuk pilihan politiknya,” kata Candra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement