Rabu 01 Feb 2017 16:42 WIB

3 Terduga Teroris di Sragen Dibawa ke Jakarta

Rep: Mabruroh/ Red: Andi Nur Aminah
Anggota Brimob berjaga di lokasi peggerebekan terduga teroris (ilustrasi)
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Anggota Brimob berjaga di lokasi peggerebekan terduga teroris (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga orang terduga teroris yang diamankan di Grobogan, Karanganyar dan Sragen dibawa ke Jakarta. Penyidik akan melakukan pemeriksaan secara intensif pada ketiganya.

"Ketiga orang ini sedang dibawa ke Jakarta oleh Densus 88 untuk dilakukan pemeriksaan intensif dan mendalam," kata Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (1/2).

Menurut Martinus, penangkapan ini bermula terkait ledakan bom pada 18 Desember 2016 lalu di toko vulkanisir ban di wilayah Sragen. Terduga pelaku atas nama Sugiyono (38 tahun), mengalami kebutaan akibat ledakan tersebut. "Satu orang terduga teroris ini inisial S terluka, matanya sampai buta," ujar Martinus.

Sedangkan dua orang lainnya kata dia, yakni Jumali (31) dan Sugiyanto (37). Ketiganya merupakan sel-sel dari sebuah sub kelompok teror yang berperan membuat bom.

Oleh karena itu, Martinus mengatakan, Densus 88 melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait bahan-bahan pembuatan bom yang digunakan tiga orang ini. Selain itu juga untuk mencari tahu di mana dan dari mana saja bahan-bahan tersebut diperoleh.

"Kemudian mereka juga beraktifitas dengan siapa perlu dicari tahu. Cukup banyak data yang diperlukan dari informasi ini dan perlu kita gali lagi untuk mengkaitkan dengan peristiwa yang selama ini pernah terjadi," kata dia.

Selain itu juga untuk mencari tahu kapan rencana aksi tersebut akan dilakukan serta lokasi yang akan menjadi sasaran. Sehingga semua benang merah ini dapat terhubung dan jika ada upaya lainnya dapat segera dihentikan.

Martinus mengatakan informasi awal bahwa pergerakan mereka selalu berpindah-pindah mengimbangi pergerakan penyidik. Sehingga mereka bertolak dari satu titik ke titik yang lain untuk mencari celah agar tidak termonitor.

"Informasi yang kita dapat, pergerakan mereka cukup intensif juga dengan mengimbangi pergerakan kita. Mereka bergerak pindah dari satu titik ke titik lain ini terus dipantau, dimonitoring, supaya didapat gambaran. Hal seperti ini yang kita peroleh kemudian dengan mencegah mereka melakukan tindakan-tindakan peledakan. Sekarang kita pantau terus," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement