REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Infokom Masduki Baidlowi menegaskan klarifikasi terhadap video dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dilakukan secara saksama.
"Komisi Pengkajian MUI mendalami secara serius, mulai dari telaah video, transkrip hingga validasi ke Kepulauan Seribu," kata Masduki di Jakarta, Rabu (1/2).
Masduki Baidlowi mengatakan, proses penetapan pendapat dan sikap keagamaan melibatkan empat komisi di MUI. Tanggapan oleh Masduki itu mengomentari pernyataan tim advokasi Ahok dalam persidangan dugaan penistaan agama yang mempertanyakan soal proses tabayun MUI.
Dia mengatakan, tabayun yang dilakukan MUI adalah untuk memastikan kebenaran perkataan Ahok dalam video. Klarifikasi dilakukan dengan konfirmasi kepada pihak-pihak yang bisa dimintai penjelasan.
Karena itu, kata dia, tim MUI juga melakukan konfirmasi ke Kepulauan Seribu, untuk tabayun terkait benar tidaknya rekaman ucapan itu disampaikan oleh Ahok. Setelah memperoleh konfirmasi kebenarannya, kata dia, maka tim pengkajian memberikan data ke Komisi Fatwa MUI untuk dibahas dalam perspektif agama.
"MUI fokus pada teks, tidak mengejar niat, karena dalam menetapkannya, MUI berpegang pada yang tersurat," katanya.
Dalam Pendapat dan Sikap Keagamaan yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia, kata dia, MUI memang tidak fokus membahas makna al-Maidah 51 dan tafsirnya. Namun, membahas dan mengkaji pernyataan Ahok yang belakangan membuat gaduh masyarakat.
Tim kajian MUI, kata dia, mengecek apakah dalam perspektif agama Islam perkataan Ahok di Kepulauan Seribu masuk kategori menghina Alquran dan ulama atau tidak.