REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Bencana Hidrometeorologi mengintai wilayah Jawa Timur. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Sudarmawan, mengatakan banjir, tanah longsor, dan puting beliung adalah potensi bencana yang paling mendominasi.
Menurutnya seluruh wilayah Jawa Timur memiliki Indeks Risiko Bencana (IRB) tingkat sedang hingga tinggi. "Tidak ada yang tingkat rendah dan rata-rata didominasi bencana hidrometeorologi," katanya pada Kamis (26/1) di Malang.
Kondisi ini tercermin dari data BPBD Jatim sepanjang 2016 yang mencatat setidaknya ada 100 kali bencana banjir. "Contohnya saja Sampang dalam setahun kemarin ada 13 kali banjir, belum ditambah kota dan kabupaten lain," tambah Sudarmawan.
Intensitas bencana pada 2016 disebutnya meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada 2016 terjadi musim kemarau basah yang meningkatkan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi.
Menurut Sudarmawan banjir tak hanya terjadi di perdesaan namun merambah hingga perkotaan. Manajemen tata kota yang tidak berbanding lurus dengan perubahan lingkungan strategik menjadi salah satu penyebabnya. "Urbanisasi berbanding lurus dengan potensi ancaman banjir karena menyangkut tata ruang perkotaan dan drainase," ungkapnya.
Selain bencana hidrometeorologi, BPBD Jatim juga mendeteksi adanya potensi bencana geologi seperti gempa dan gunung meletus. Tsunami juga mengancam sembilan kabupaten di Jatim bagian selatan yang membentang dari Pacitan hingga Banyuwangi.
Sebagai upaya menghadapi potensi bencana yang akan muncul selanjutnya, BPBD Jatim telah mengembangkan ratusan desa tangguh.