Rabu 25 Jan 2017 21:15 WIB

Elite Dinilai Gagal Tangkap Aspirasi Umat

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
Fachry Ali
Fachry Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Elit agama, politik dan eksekutif dinilai gagal menangkap aspirasi umat yang sebenarnya sudah ditunjukkan dalam berbagai tanda. Aksi 4 November dan 2 Desember 2016 yang memunculkan sejumlah tokoh dinilai jadi kegagalan ormas Islam arus utama menyikapi kebutuhan kepimpinan di tengah umat.

Pakar politik dari LIPI, Fachry Ali mengaku heran dengan Aksi 4 November dan Aksi 2 Desember 2016. Dua aksi itu begitu teroganisir dengan baik.

Ia mengatakan, Mitsuo Nakamura awalnya menulis tentang Muhammadiyah, tapi lalu menengok NU. Nakamura lalu juga menulis tentang ICMI dengan penuh empati. Makalah itu kemudian disampaikan di Hawaii dan audiensnya meremehkan. Nakamura menangis dan menyampaikan Bangsa Barat tidak mencoba memaknai kebangkitan ini. Dalam persepektif ini pula, Fahri coba memahami Aksi 411 dan 212.

Yang berkembang pada Orde Baru adalah elitisme. Mereka memiliki partai, memiliki media, dan mendapat jatah ekonomi besar. "Saat ada elitisme, kegelisahan masyarakat tidak bisa ditangkap. Pandangan NU dan Muhammadiyah sangat teknokratik dan teknokratik itu elitis," ungkap Fahri dalam Seminar Peradaban 'Pergeseran Kepemimpinan Islam' di Universitas Paramadina, Rabu (25/1).

Sementara di satu sisi umat butuh pemimpin. Di sisi lain, alat pembentukan kebenaran yakni media, tidak dimiliki. Pun di sisi ekonomi. Pasca Perang Diponegoro saat era kapitalisasi, ia mengatakan umat Islam tidak memiliki peran apa-apa. "Ini akarnya," kata dia.

Dalam situasi saat ini, NU dan Muhammadiyah harusnya bisa merebut kepemimpinan yang ditunggu umat sehingga bisa menghentikan kepemimpinan jalanan. Tapi sayangnya, NU dan Muhammadiyah teknokratik. "Lalu siapa yang salah?

Elit agama, politik, dan eksekutif," kata Fahri.

Keterpilihan Joko Widodo adalah terobosan luar biasa yang mengalahkan elit. Itu tanda rakyat meminta perhatian. Ke dua, Brexit. Fachri menilai itu pun merupakan gerakan anti elit. Begitu juga saat Trump terpilih jadi Presiden AS.

"Dulu orang tak suka FPI. Lalu terjadi peristiwa Ahok menyebut Al Maidah sehingga ada pembalikan situasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement