REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT, KALTENG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Haji Asan Sampit meminta semua pihak mewaspadai meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng.
"Dengan potensi karhutla (kebakaran hutan dan lahan) yang lebih besar maka perlu diwaspadai kebiasaan masyarakat yang membuka lahan dengan membakar," kata Kepala BMKG Stasiun Haji Asan Sampit, Nur Setiawan, di Sampit, Selasa (24/1).
BMKG berharap prakiraan cuaca dapat menjadi acuan bagi semua pihak dalam membuat kebijakan mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan. Nur Setiawan menyebut antisipasi dini harus dilakukan agar kebakaran hutan dan lahan bisa dicegah, atau setidaknya bisa ditekan.
Tahun 2015, Kotawaringin Timur dilanda kebakaran lahan yang sangat parah dan menyebabkan kabut asap parah. Dampaknya, kesehatan dan ekonomi masyarakat menjadi terganggu sehingga kondisi itu harus dicegah agar tidak terulang lagi.
Tahun 2016, curah hujan cukup merata sehingga kebakaran lahan tidak separah tahun 2015. Namun untuk tahun 2017 diprediksi elnino normal, artinya curah hujan tahun 2017 diperkirakan lebih rendah dibanding tahun 2016 sehingga potensi kebakaran lahan lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Nur Setiawan mengaku belum mendapat informasi dari BMKG Pusat terkait prediksi awal kemarau di Kotawaringin Timur namun secara klimatologis, kemarau di kabupaten itu diperkirakan dimulai sekitar akhir April meski pada akhir Januari diperkirakan curah hujan mulai berkurang.
Prediksi BMKG Pusat, curah hujan Februari 2017 di sebagian wilayah masuk kategori menengah yakni antara 100 sampai 300 milimeter, kecuali di Kalimantan Tengah bagian Selatan yang hanya berkisar 50-100 milimeter.
Sifat hujan didominasi bawah normal (BN) untuk Sumatera, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bali sampai Nusa Tenggara, sedangkan Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua didominasi atas normal (AN). "Dari peta data prediksi dapat diketahui bahwa rata-rata memang masih berpotensi hujan untuk wilayah Kotawaringin Timur sekitar 100-150 milimeter tiap bulan," tambah Nur Setiawan.
Rendahnya potensi curah hujan saat kemarau nanti harus benar-benar diwaspadai karena Kotawaringin Timur termasuk daerah rawan kebakaran hutan dan lahan karena banyaknya lahan gambut yang mudah terbakar.