REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan pria berpakaian dinas Pegawai Negeri Sipil (PNS) tampak tergeletak di atas karpet yang menutupi lantai dasar Masjid al-Fauz di Kompleks Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat, Senin (23/1), siang. Mereka baru saja selesai menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di rumah ibadah itu.
Tulisan larangan tidur yang terpampang jelas di dinding masjid, seolah tak dihiraukan para aparatur sipil negara tersebut. Mereka tetap saja merebahkan diri di sana sambil melepaskan penat yang didapat setelah bekerja sejak pagi.
Di luar masjid, sejumlah PNS lainnya tampak sibuk mengenakan sepatu. Mereka bersiap-siap hendak melanjutkan kembali aktivitas di kantor masing-masing.
Nama Masjid al-Fauz kerap mengisi pemberitaan media massa, belakangan ini. Masjid megah itu mulai menjadi sorotan setelah mengemukanya kabar tentang dugaan praktik rasuah dalam proses pembangunannya.
Masjid al-Fauz berada tepat di sisi barat laut gedung utama Kantor Wali Kota Jakarta Pusat. Bangunan ibadah itu terdiri dari dua lantai. Dinding luarnya dilapisi dengan keramik berwarna abu-abu. Sementara, kubah berbentuk limas segi empat yang menaungi bagian atasnya, menyiratkan perpaduan gaya arsitektur tradisional dan modern. Satu menara yang menjulang di sisi utara masjid, semakin menambah kesan apik pada bangunan tersebut.
Bagian interior Masjid al-Fauz juga tak kalah menarik untuk diamati. Di bagian langit-langitnya, tergantung lampu hias berukuran sebesar mobil. Pada dinding bagian mihrabnya, terdapat ornamen bermotifkan mosaik khas Timur Tengah yang terbuat dari bahan kuningan. Sementara di bagian bawah masjid terdapat ruang bawah tanah alias basement yang berfungsi sebagai lahan parkir.
Pengurus Masjid al-Fauz, Wasrif Soleh (58 tahun) menuturkan, usia masjid yang ia kelola itu memang masih terbilang muda. Masjid tersebut mulai dibangun semasa Sylviana Murni masih menjabat Wali Kota Jakarta Pusat, yakni pada Juni 2010. Proses pembangunan sarana ibadah itu rampung enam bulan sesudahnya. Sementara, peresmian Masjid al-Fauz dilakukan pada awal 2011, ketika jabatan wali kota Jakarta Pusat dipegang Saefullah (Sekretaris Daerah Provinsi DKI saat ini).
"Saya sendiri tidak pernah bertemu langsung dengan Bu Sylvi (Sylviana Murni), karena saya baru mulai menjadi imam di masjid ini setelah Pak Saefullah menjadi wali kota," tuturnya kepada Republika.co.id, Senin (23/1).