Kamis 19 Jan 2017 16:01 WIB

Polres Sleman akan Tindak Tegas Pelaku Kenakalan Remaja

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Nidia Zuraya
Tawuran pelajar.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Tawuran pelajar.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN –- Guna mencegah aksi klithih atau tawuran pelajar, Polres Sleman mulai mengintensifkan patroli pada jam pulang sekolah. Pasalnya jam-jam di luar sekolah selalu disahgunakan untuk melakukan hal-hal yang tidak seharusnya.

Kapolres Sleman, AKBP Burkhan Rudy Satria mengatakan, setidaknya ada dua polisi yang ditempatkan untuk berjaga di sekolah-sekolah yang rawan menjadi pemicu tawuran pelajar. “Kami juga melebarkan patroli ke tempat-tempat yang rawan jadi titik kumpul (klithih),” katanya saat ditemui di Youth Center Pemkab Sleman, Kamis (19/1). 

Jika para pelajar ditemukan berkumpul di tempat tersebut, petugas kepolisian akan melakukan pencegahan berupa pembinaan. Mulai saat ini, kata Burkhan, polres Sleman akan bertindak tegas terhadap pelaku kenakalan remaja. Terutama bagi mereka yang terlibat dalam kasus pelanggaran hukum dengan ancaman lebih dari tujuh tahun penjara akan ditahan dan diproses ke pengadilan.

Ia mengemukakan, saat ini Polres Sleman telah menahan 14 anak yang terlibat dalam aksi kenakalan remaja di Pakem, Turi, dan Gamping. “Kami tetap lakukan penahanan, meski mereka umumnya masih di bawah umur, bahkan ada yang di bawah 14 tahun,” ujar Burkhan.

Menurutnya, ketegasan tersebut sangat penting dilakukan untuk memberikan efek jera. Pasalnya, Polres Sleman sudah pernah memberikan surat peringatan pembinaan pada orang tua anak pelaku kekerasan. Namun hal tersebut tidak memberikan efek apa-apa. 

Sementara itu, berdasarkan data Polda DIY, sepanjang 2016 telah terjadi 47 kasus kenakalan remaja, dan 21 di antaranya terjadi di Kabupaten Sleman. Bupati Sleman Sri Purnomo mengaku prihatin dengan kondisi tersebut.

Namun demikian ia menuturkan, di awal tahun ini Pemkab akan berupaya menyusun strategi agar aksi kenakalan remaja bisa diredam. “21 kasus itu kan tahun lalu. Jadi di awal tahun ini kami merapatkan diri supaya hal tersebut tidak terjadi lagi,” kata Sri. Salah satunya dengan mengintensifkan komunikasi antar sekolah dan orang tua. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement