REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sungai Ciujung yang melintasi Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, berstatus waspada berdasarkan hasil pemantauan terhadap tinggi permukaannya. "Luapan permukaan Sungai Ciujung dengan 210 sentimeter dan debit air 320 meter kubik per detik bisa menimbulkan banjir," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Kaprawi Sabtu (14/1).
Selama ini, menurut dia curah hujan di Kabupaten Lebak cenderung meningkat dan terjadi pagi, siang, sore hingga malam. Bahkan, sejak Sabtu pagi sampai siang curah hujan berintensitas ringan dan sedang masih berlangsung. Selain itu, ia mengemukakan bahwa angin bertiup kencang dan meningkatnya curah hujan itu berdampak terhadap permukaan Sungai Ciujung dapat meluap karena menampung air dari ratusan anak sungai di Kabupaten Lebak.
Berdasarkan laporan Badan Meteorolgi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Banten, puncak hujan diperkirakan terjadi pertengahan Januari sampai Februari 2017. Oleh karena itu, Kaprawi mengemukakan, pihaknya tetap mewaspadai bencana banjir dan longsor akibat luapan Sungai Ciujung.
"Kami minta warga mewaspadai banjir dan longsor karena Sungai Ciujung berstatus waspada," katanya.
Menurut dia, saat ini Sungai Ciujung yang menampung air dari kawasan hulu Taman Nasional Gunung Halimun (TNGHS) dan kawasan hutan adat Baduy dapat menimbulkan luapan banjir. Warga yang tinggal di bantaran sungai yang jumlahnya mencapai ribuan orang, diharapkannya, tetap waspada guna menghindari pengurangan risiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa.
Kaprawi mengimbau warga diminta waspada jika hujan pada malam hari secara terus menerus, karena jika banjir terjadi malam hari, maka sangat menyulitkan para relawan untuk melakukan pertolongan dan evakuasi.
"Kami siaga di posko bencana alam selama 24 jam untuk melayani masyarakat jika terjadi bencana alam," katanya.