REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat hubungan internasional Alex Jemadu menilai sikap saling menghormati budaya negara lain serta komunikasi yang baik menjadi kunci peningkatan hubungan antara Indonesia dengan Australia. Dengan begitu, menurut dia, peristiwa pelecehan simbol negara tidak lagi terjadi sehingga mengakibatkan memanasnya hubungan militer dua negara.
"Ada perbedaan kultur, Australia itu suka menyatakan sesuatu secara langsung. Ini yang harus disadari mereka bahwa mereka harus menghormati budaya Indonesia, harus ada kesantunan, saling menghargai, menghormati. Angkatan bersenjata belum banyak mempelajari budaya Indonesia," kata Alex saat dihubungi Republika, Kamis (5/1).
Selain meningkatkan komunikasi guna mempererat hubungan, ia menyampaikan perlunya dilakukan pertukaran pendidikan baik antar perwira ataupun masyarakatnya. Letak geografis dua negara yang saling berdekatan pun juga menjadi salah satu alasan diperlukannya peningkatan kerjasama, khususnya dalam hal pertahanan dan keamanan.
Sebelumnya, Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) menangguhkan kerja sama dengan Australia di bidang militer. Hal ini karena ada masalah teknis yang segera dibahas terkait penangguhan kerja sama tersebut.
"Semua bentuk kerja sama telah ditangguhkan. Ada hal-hal teknis yang perlu dibahas. Sangat mungkin kerja sama akan kembali dilakukan jika semua masalah itu telah selesai," kata Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto di Jakarta, Rabu (5/1).
Kendati demikian, ia enggan menyebutkan hal teknis apa yang membuat TNI menangguhkan kerja sama militer dengan Australia untuk sementara waktu. Permintaan penghentian kerja sama itu sudah dilayangkan TNI kepada pihak militer Australia pada pertengahan Desember 2016. Mulai saat itu penghentian kerja sama sementara berlaku, baik latihan maupun tukar menukar perwira.