REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bima mencatat jumlah penduduk yang mengungsi akibat banjir bandang hingga Selasa (3/1) sekitar 900 orang. Ratusan korban itu tersebar di sembilan titik posko pengungsian. “Akan ada bantuan dari Kemensos yang akan didistribusikan hari ini berupa makanan kalengan, perlengkapan selimut, dan lain-lain," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Bima, Syahrial Nuryadi, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Mataram, Rabu (4/1).
Syahrial mengatakan, akan ada pendataan ulang jumlah pengungsi di setiap posko pengungsian pada Rabu (4/1). Akan ada pengecekan kebutuhan di tiap posko pengungsian, serta melakukan koordinasi dengan klaster logistik untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Ia menyampaikan, stok kebutuhan pokok masih mencukupi.
Kondisi itu terlihat dari mulai berkurangnya pengambilan logistik di posko utama, sehingga sejumlah dapur umum ditutup. Kendati begitu, koordinasi terus dilakukan terkait kebutuhan pengungsi, termasuk dengan camat dan lurah setempat. Selain itu, pihaknya juga terus memberikan pelayanan bagi warga yang datang meminta bantuan ke posko utama.
Untuk klaster kebersihan, kata dia, total sampah yang sudah diangkut hingga kemarin mencapai 65 persen dari total sampah keseluruhan yang berada di jalan-jalan, gang, hingga rumah. Menurut dia, permasalahan yang dihadapi adalah daya tampung tempat penampungan sampah (TPS) di belakang SPBU Ama Hami yang terbatas. Sebagai solusinya, sampah-sampah tersebut dilimpahkan ke TPS di sebelah selatan Wadu Mbolo.
Seusai banjir bandang yang terjadi pada Rabu (21/12) dan Jumat (23/12), banjir susulan kembali terjadi pada Senin (2/1). Banjir susulan sedikit mengganggu kelancaran kegiatan belajar mengajar (KBM) di beberapa sekolah. Upaya yang dilakukan hari ini, dia melanjutkan, bekerja sama dengan masyarakat dan guru-guru untuk membantu kegiatan pembersihan sekolah-sekolah.