Kamis 29 Dec 2016 13:20 WIB

BNPB: Potensi Banjir dan Tanah Longsor di Bima Masih Tinggi

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Ilham
Banjir landa Kota Bima, Jumat (23/12).
Banjir landa Kota Bima, Jumat (23/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, potensi banjir di Bima dan sekitarnya masih tetap tinggi hingga tahun depan. Normalisasi sejumlah sungai perlu segera dilakukan di kawasan tersebut.

Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan di Bima terjadi pada Januari 2017. "Merujuk kepada prediksi ini, potensi terjadinya banjir di Bima tetap tinggi. Apalagi, kondisi sungai-sungai di sana pascabanjir dan longsor mengalami penumpukan material sehingga terjadi sedimentasi," ujar Sutopo dalam jumpa pers di Gedung BMKG, Kamis (29/12).

Kondisi sungai yang mengalami pendangkalan ini akan memicu meluapnya air bah saat hujan deras terjadi. Sutopo menuturkan, potensi longsor di kawasan rawan sungai pun tetap ada. Sebab, berdasarkan penelusuran terdapat temuan bahwa sungai-sungai di Bima belum semua memiliki tanggul.

"Normalisasi sungai sangat dibutuhkan dan semestinya segera dilakukan. Menurut pesan Wakil Presiden kemarin, sistem penghijauan kawasan hulu sungai juga perlu dibenahi," kata dia.

Sutopo menjelaskan, tim gabungan saat ini terus melakukan pembersihan material dan lumpur pascabanjir. Hingga Kamis siang, tercatat 203 rumah hanyut, 652 rumah roboh, 742 rumah rusak sedang dan lebih dari 18 ribu rumah terendam.

Jumlah kerugian yang tercatat sebesar Rp 1,04 triliun. Sutopo menuturkan, masih ada kemungkinan total kerugian terus bertambah. Sebab, pencatatan kerugian dan kerusakan material masih terus berlangsung.

Masa tanggap darurat di Bima tetap berlangsung hingga 5 Januari 2017. "Belum ada pemberitahuan apakah tanggap darurat akan diperpanjang atau tidak. Secara umum persediaan logistik dan penyaluran bantuan ke Bima tetap lancar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement