Kamis 29 Dec 2016 03:09 WIB

Kekayaan dan Kesuburan Indonesia jadi Incaran

Rep: Fuji EP/ Red: Angga Indrawan
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berpidato dalam diskusi akhir tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Jakarta, Rabu (28/12).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berpidato dalam diskusi akhir tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Jakarta, Rabu (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurang lebih dua dekade ke depan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo memprediksi Indonesia akan berada dalam bahaya. Menurutnya, negeri yang kaya dan subur alamnya akan diserbu penduduk dari negara-negara lain.

Hal tersebut itu diungkapkan Jenderal Gatot saat menjadi penceramah di acara diskusi akhir tahun yang diselenggarakan Koordinator Nasional Forum Keluarga Alumni (Fokal) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Gedung Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada Rabu (28/12).

Jenderal Gatot mengatakan, saat ini banyak konflik memperebutkan minyak (energi fosil). Dalam beberapa dekade ke depan akan beralih jadi memperebutkan ‎bahan makanan (energi hayati). "Negara di sekitar ekuator dikenal punya sumber daya alam yang melimpah," ujarnya saat menjadi penceramah di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Gedung PP Muhammadiyah, Rabu (28/12).

‎Menurutnya, berbagai potensi yang ada di Indonesia telah menjadikan Indonesia berada dalam bahaya karena menjadi incaran banyak pihak. Setelah energi fosil mulai berkurang, maka akan beralih ke energi hayati. Negara yang berada di garis ekuator memiliki energi hayati. Itu sebabnya Indonesia menjadi incaran.

Jenderal Gatot menegaskan, yang menjadi ancaman utama Indonesia saat ini juga adalah kekuatan luar yang tidak ingin bangsa Indonesia menjadi bangsa besar dan berjaya. Diantaranya kekuatan geopolitik antara negara-negara persemakmuran di Asia Tenggara, Australia, sengketa Laut Cina Selatan dan terorisme global.

Karenanya, Panglima TNI mengajak semua elemen bangsa bersatu untuk menjaga NKRI. "Kalau tidak ada Islam, bukan Indonesia. Kalau tidak ada Kristen bukan Indonesia. Kalau tidak ada Hindu bukan Indonesia. Kalau tidak ada Buddha dan Konghucu bukan Indonesia. Karena itulah perlu bersama merawat Indonesia. Jadi Indonesia milik kita bersama," tegasnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement