REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah pengungsi akibat banjir di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah menurun menjadi 6.900 jiwa yang tersebar di 33 titik. Sebagian sudah pulang ke rumah masing-masing.
Untuk melayani pengungsi, dapur umum sudah bertambah menjadi 17 titik dengan kapasitas masak 21.700 bungkus per hari. Mengingat kondisi peralatan rumah tangga masyarakat Kota Bima yang rusak, maka BNPB menyerahkan bantuan 1.000 paket bantuan perlengkapan anak, paket sandang, dan perlengkapan keluarga.
Paket perlengkapan untuk kebutuhan anak misalnya popok bayi, minyak telon, botol susu, sabun, dan sampo. Paket sandang berisi pakaian untuk laki-laki dewasa, perempuan dewasa, anak laki-laki dan perempuan. Sedang paket perlengkapan keluarga berisi peralatan kebutuhan keluarga seperti sabun mandi, sampo, paket P3K, botol air minum, pembalut, handuk, dan lainnya.
Hari ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirimkan 10 ribu lembar sarung untuk diberikan kepada masyarakat terdampak. Kepala BNPB Willem Rampangilei terus di lokasi bencana di Kota Bima untuk mengoordinasi penanganan bencana. Potensi nasional terus memperkuat pemerintah daerah dalam penanganan bencana.
"Sesuai perintah Bapak Presiden RI agar semua kebutuhan masyarakat dipenuhi dengan cepat. Fasilitas publik harus segera berfungsi," ujarnya, Rabu (28/12).
Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabanjir juga harus dipercepat. Dampak ekonomi yang ditimbulkan banjir lebih dari Rp 1 triliun. Untuk itu, pemulihannya harus dilakukan bersama kementerian, lembaga, pemda, dunia usaha, dan partisipasi masyarakat. Hari ini rencananya Wakil Presiden RI Jusuf Kalla berkunjung ke lokasi bencana. "Akan saya laporkan semua kemajuan penanganan serta upaya ke depan," kata Willem.
Bantuan dari berbagai pihak terus berdatangan. Stok logistik mencukupi hingga tujuh hari ke depan. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada mengingat Januari adalah puncak musim penghujan, sehingga potensi banjir masih tetap ada.