Selasa 27 Dec 2016 17:50 WIB

60 Persen Saluran Irigasi di Indramayu Rusak

Rep: Lilis Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Saluran Irigasi
Saluran Irigasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sebanyak 60 persen saluran irigasi di Kabupaten Indramayu masih rusak. Kondisi itu membuat pendistribusian air ke areal persawahan menjadi terhambat.

 

Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi (PSDA Tamben) Kabupaten Indramayu, Suwenda Asmita, menjelaskan, saat ini sedang dilakukan modernisasi saluran Bendung Rentang. Kegiatan itu ditargetkan selesai dalam waktu tiga tahun. "Dalam tiga tahun kedepan, 60 persen (saluran irigasi) yang rusak itu akan baik. Sekarang baru satu tahun berjalan," kata Suwenda, Selasa (27/12).

 

Kerusakan saluran irigasi itu diantaranya berupa pendangkalan akibat tingginya sedimentasi. Akibatnya, air irigasi tidak bisa sampai ke daerah-daerah yang terletak di ujung saluran irigasi. Selain itu, adapula tanggul saluran irigasi yang jebol.

 

Salah satunya seperti yang terjadi di Blok Suket Baju, Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu. Tanggul saluran irigasi di blok tersebut jebol sekitar empat hari yang lalu.

 

Dampaknya, tanaman padi seluas 1.580 hektar di empat desa yang tersebar di tiga kecamatan di Kabupaten Indramayu, terancam kekeringan. Adapun empat desa itu, yakni Desa Plosokerep Kecamatan Terisi, Desa Sumbon Kecamatan Kroya, serta Desa Kedokan Gabus dan Rancamulya, Kecamatan Gabuswetan.

 

Saat ini, areal persawahan di empat desa tersebut tanahnya telah kering dan retak-retak. Pasalnya, saluran irigasi yang airnya bersumber dari Sungai Cipanas tersebut menjadi sumber pengairan utama dan satu-satunya di empat desa tersebut.

 

Menghadapi kondisi tersebut, Suwenda menyatakan, akan segera melakukan penanganan darurat. Sedangkan untuk penanganan permanen, menjadi kewenangan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung. "Hari ini alat beratnya ke lokasi (tanggul jebol di Desa Plosokerep)," tegas Suwenda.

 

Suwenda menyatakan, dengan adanya waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, pasokan air untuk irigasi di Kabupaten Indramayu sebenarnya tidak ada lagi masalah. Menurutnya, air baku untuk kebutuhan pertanian, sudah  tercukupi.

 

Namun, untuk menerima aliran air dari waduk tersebut, memang masih terkendala kondisi jaringan irigasi maupun saluran pembuang yang mengalami kerusakan. Karenanya, dibutuhkan upaya perbaikan.

 

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Desa Plosokerep, Rusdani, menjelaskan, jebolnya tanggul di desanya sangat merugikan para petani. Pasalnya, tanaman padi milik petani jadi terancam mengalami kekeringan.

 

Rusdani mengakui, pada Selasa (27/12), alat berat dari Dinas PSDA Tamben yang akan digunakan untuk memperbaiki tanggul yang jebol saat ini sudah sampai lokasi. Namun, untuk pelaksanaan perbaikannya, baru akan dilakukan Rabu (28/12). "Walau alat berat sudah sampai, tapi petani masih belum bisa bernapas lega. Soalnya air masih belum sampai ke sawah. Kalau pengerjaan sudah selesai dan air bisa kembali normal, baru petani akan merasa senang," kata Rusdani, saat dihubungi Republika melalui telepon selulernya, Selasa (27/12).

 

Terpisah, Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang,  menyebutkan, kerusakan saluran irigasi itu tersebar di hampir seluruh kecamatan. Kerusakan tersebut terjadi secara spot-spot.

 

Selain rusak, lanjut Sutatang, banyak pula jaringan irigasi yang dipenuhi oleh sampah yang dibuang oleh masyarakat. Akibatnya, laju air irigasi menjadi terhambat karena tersumbat oleh tumpukan sampah.

Sutatang berharap, kerusakan jaringan irigasi maupun tumpukan sampah yang menyumbat jaringan irigasi segera diatasi. Jika tidak, maka jaringan irigasi itu tidak akan siap menampung limpahan air dari Waduk Jatigede, Sumedang. "Pemerintah harus serius menangani masalah air karena sangat penting bagi para petani," tandas Sutatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement