Senin 26 Dec 2016 19:03 WIB

Berkah dari Bergesernya Jembatan Cisomang, 'Om Peuyeum Om'

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Andi Nur Aminah
Anak-anak dan warga di sepanjang Jalan Raya Bendul-Sukatani, Purwakarta, memanfaatkan popularitas fenomena 'Om Telolet Om' dengan mempromosikan penganan khas wilayah itu, yakni Tape Singkong (peuyeum) dengan menggantinya menjadi 'Om Peuyeum Om', Senin (26/12).
Foto: Ita Nina Winarsih/Republika
Anak-anak dan warga di sepanjang Jalan Raya Bendul-Sukatani, Purwakarta, memanfaatkan popularitas fenomena 'Om Telolet Om' dengan mempromosikan penganan khas wilayah itu, yakni Tape Singkong (peuyeum) dengan menggantinya menjadi 'Om Peuyeum Om', Senin (26/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Bergesernya Jembatan Cisomang Tol Cipularang KM 100+800, di Kampung Cisomang, Desa Depok, Kecamatan Darangdan, Purwakarta, membawa berkah tersendiri bagi para pedagang tape (peuyeum) singkong Bendul. Pasalnya, arus kendaraan yang biasanya melintasi jalan bebas hambatan itu dialihkan ke jalur arteri.

Asih Ece (56 tahun), pemilik Warung Tape Bendul Mekar Galih, mengatakan, sejak empat hari terakhir jalan arteri Purwakarta-Bandung via Padalarang ramai dipadati kendaraan. Kondisi ini, membawa berkah tersendiri bagi pedagang di pinggir jalan. Termasuk di sepanjang Jalan Raya Bendul-Sukatani. "Dagangan kami laku lagi. Terutama, tape singkong Bendul," ujar Asih, kepada Republika.co.id, Senin (26/12).

Pada hari biasa, Asih, tape singkong ini laku terjual antara 70 hingga 80 kilogram. Saat ini, mengalami kenaikan sampai satu kwintal per harinya. Adapun harga panganan ini sebesar Rp 10 ribu per kilogram.

Jika tidak ada tape singkongnya, lanjut dia, justru dagangan menjadi sepi. Sebab, para pembeli yang mayoritas menggunakan kendaraan pribadi ini tertarik untuk membeli tape singkong tersebut. Tape itu, menjadi oleh-oleh khas Purwakarta.

Menurutnya, kondisi ini seperti terjadi pada beberapa tahun silam. Tepatnya, saat belum adanya jalur bebas hambatan Tol Cipularang. Namun, sejak tol yang menghubungkan Bandung-Jakarta itu diresmikan, jalur arteri Purwakarta-Bandung via Padalarang sepi.

Imbasnya, dua tahun sejak diresmikan pada 2005 silam, pedagang tape singkong Bendul gulung tikar. Kemudian, pedagang tape ini kembali menggeliat sejak peuyeum Bendul dijual di sepanjang jalur utama Cikopo. "Kami ingin, jalur arteri ini selalu ramai seperti sekarang," ujarnya.

Bergesernya Jembatan Cisomang, membuat sejumlah anak-anak dan warga Desa/Kecamatan Sukatani melakukan terobosan baru. Yaitu, dengan cara berdiri di pinggir jalan dengan membawa karton putih bertuliskan 'Om Peuyeum Om'.

Hadiansyah (13 tahun), pelajar asal Sukatani, mengaku, saat ini sedang populer dengan kebiasaan anak-anak di daerah lain yang berburu 'Om Telolet Om'. Karena itu, perburuan ini sengaja diplesetkan yaitu dengan mempromosikan penganan tape tersebut. "Kami ingin tape Bendul ini sepopuler 'Om Telolet Om'," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement