REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengungkapkan, jika dilihat dari demografinya, pemilih di DKI Jakarta terbagi ke dalam pemilih tradisional dan pemilih rasional. Pemilih tradisional adalah mereka memilih berdasarkan afiliasi atau keterkaitannya dengan partai, suku, agama dan dimensi lainnya.
Pemilih tradisional ini jumlahnya jauh lebih banyak dibanding pemilih rasional yang menentukan pilihannya dengan memperhatikan prilaku para pasangan calon selama masa kampanye. Artinya, mereka baru akan menentukan pasangan calon yang dipilihnya setelah mengetahui karakter pasangan calon tersebut yang ditunjukkan selama masa kampanye.
Menurut Siti, pasangan calon gunernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut satu, Agus-Sylvi memiliki keunggulan dalam pemilih tradisional. Sebab, jika dilihat dari suku, pasangan Agus-Sylvi ini berasal dari dua suku terbesar yang ada di Jakarta.
"Agus ini kan tulen orang Jawa dia mewakili Jawa. Itu jumlahnya sekitar 35 persen atau nomor satu di antara suku-suku yang ada di Jakarta. Sylvi ini tulen Betawi dan nomor dua suku terbesar di Jakarta adalah Betawi itu jumlahnya 28 persen," kata Siti, Ahad (25/12).
Tak hanya itu, menurut Siti pasangan Agus-Sylvi juga unggul dalam pemilih perspektif perempuan, PNS dan kawula muda. Unggul dalam pemilih perspektif perempuan dan PNS karena sosok Sylvi yang merupakan sorang birokrat dan perempuan. Apalagi, Sylvi merupakan calon perempuan pertama yang berkontestasi di Pilkada DKI Jakarta.
Pasangan ini juga unggul di pemilih kaula muda, karena sosok Agus yang masih berusia muda juga memiliki paras tampan. "Sehingga muncullah lima di antara enam lembaga survei, memenangkan elektabilitasnya ke Agus-Sylvi. Dapet dia irisan-irisan itu diambil," terang Siti.