Sabtu 24 Dec 2016 11:40 WIB

Lebih dari 100 Ribu Jiwa Mengungsi Akibat Banjir di Bima

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Damanhuri Zuhri
Korban banjir di Kelurahan Sadia, Kota Bima, Sabtu (24/12).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Korban banjir di Kelurahan Sadia, Kota Bima, Sabtu (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat Muhammad Rum melaporkan perkembangan penanganan banjir. Dampak banjir di Kota Bima menyebabkan 105.758 jiwa terdampak di lima kecamatan (33 kelurahan) dan 104.378 jiwa mengungsi.

Wilayah terdampak meliputi Kecamatan Rasanae Timur (penduduk terdampak 3.581 jiwa dan mengungsi 3.581 jiwa), Kecamatan Mpuda (penduduk terdampak 30.078 jiwa dan mengungsi 29.553 jiwa), Kecamatan Raba (penduduk terdampak 19.955 jiwa dan mengunsgsi 19.705 jiwa), Kecamatan Rasanae  Barat (penduduk terdampak 33.492 jiwa dan mengungsi 32.892 jiwa), Kecamatan  Asakota (peduduk terdampak 18.648 jiwa dan mengungsi 18.648 jiwa).

“Saat ini sebagian banjir telah surut. Hanya menyisakan genangan dan lumpur. Sebagian besar pengungsi telah pulang kembali ke rumahnya masing-masing," ungkap Muhammad Rum, Sabtu (24/12).

Untuk sementara, perkantoran dan sekolah diliburkan. Aktivitas pasar belum ada yang buka karena juga ikut terendam banjir. "Listrik masih padam dan jaringan komunikasi juga belum pulih. Kondisi ini juga menyebabkan kendala dalam penanganan. Pendataan terus dilakukan,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kota Bima diterjang banjir besar dua kali yang menyebabkan ribuan rumah terendam banjir hingga ketinggian satu hingga tiga meter pada Rabu (21/12) dan Jumat (23/1). Ribuan masyarakat mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Masyarakat yang awalnya sudah kembali ke rumah dari pengungsian kembali mengungsi karena adanya banjir susulan pada Jumat siang. Akses komunikasi dan suplai listrik mati di Kota Bima. Akses transportasi terputus dan aktivitas ekonomi lumpuh. Perkantoran dan sekolah diliburkan.

Hingga saat ini tidak ada laporan korban jiwa meninggal dan hilang akibat banjir. Fasilitas kesehatan yang rusak meliputi empat puskesmas, 29 puskesmas pembantu, 29 polindes dan satu kantor labkesda. Obat-obatan dan sarana medis ikut terendam banjir sehingga diperlukan bantuan obat-obatan dan tenaga medis.

Upaya penanganan darurat banjir terus dilakukan oleh BPBD, BNPB, TNI, Polri, Basarnas, Kemenkes, Kemensos, Kemen PU Pera, Tagana, SKPD Kota Bima, NGO, dunia usaha, relawan seperti dari PKPU, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Senkom Polri dan lainnya, dan masyarakat. Masa tanggap darurat selama 14 hari yaitu 22 Desember 2016 hingga 4 Januari 2017.

Distribusi bantuan pangan disalurkan melalui kelurahan. Telah dibuka dapur umum lapangan di empat lokasi oleh TNI, BPBD dan Tagana, dan rencana akan dibuka dapur umum lapangan di dua lokasi oleh PMI. BPBD Provinsi NTB telah memberikan bantuan pangan tiga truk dan satu paket obat untuk korban banjir.

BPBD Kabupaten Dompu memberikan bantuan logistik satu truk. BPBD Kabupaten. Sumbawa Barat mengirim bantuan logistik dua truk. Pemda Provinsi NTB memberikan bantuan Rp 4,2 miliar untuk difokuskan pada bantuan pangan dan logistik. PMI, NGO dan relawan juga telah mendistribusikan bantuan kepada masyarakat.

BNPB terus mengirimkan bantuan ke Kota Bima. Kepala BNPB, Willem Rampangilei telah memerintahkan Deputi Logistik dan Peralatan BNPB untuk segera mengirim bantuan yang diperlukan BPBD.

“Tim Reaksi Cepat BNPB yang sudah ada di Kota Bima agar menghitung berapa kebutuhan logistik dan peralatan di sana. Perkuat terus BPBD. Jangan sampai ada masyarakat yang kekurangan dan tidak mendapatkan bantuan,” kata Kepala BNPB Willem Rampangilei.

Kebutuhan mendesak saat ini adalah makanan siap saji, sandang, air bersih, terpal, tikar, selimut, obat-obatan, sarung, mukena, alat-alat kebersihan rumah tangga, dan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement