Rabu 21 Dec 2016 15:44 WIB

Kemendikbud Pentaskan Operet "Merayakan Ibu Bangsa"

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Bayu Hermawan
Logo Kemendikbud
Logo Kemendikbud

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mementaskan operet bertajuk "Merayakan Ibu Bangsa" pada Kamis (22/12). Pergelaran operet ini bertujuan mengingat kembali peran para ibu bangsa dalam Kongres Perempuan I di Yogyakarta pada 1928.

Direktur Sejarah Kemendikbud, Triana Wulandari mengatakan pementasan operet akan digelar di Plaza Insan Mandiri, Gedung A, Kompleks Kemendikbud. Pementasan yang digelar pukul 20.00 WIB itu akan diisi penampilan para pejabat perempuan di lingkungan Direktorat Kebudayaan Kemendikbud.

"Pentas ini merupakan ekspresi budaya yang terilhami oleh semangat gerakan perempuan pada Kongres Perempuan pertama, 22 - 25 Desember 1928. Pementasan ini kami harapkan dapat membangkitkan refleksi tentang arti penting peran perempuan dalam sejarah bangsa Indonesia," ujarnya di Gedung Kemendikbud, Rabu (21/12).

Triana mengungkapkan makna hari ibu di Indonesia dan Mothers Day secara internasional memiliki perbedaan. Hari ibu di Indonesia pada dasarnya bukan sekedar memperingati peran ibu.

Hari ibu merupakan refleksi perjuangan para perempuan Indonesia yang mau ikut memikirkan bangsanya pada saat sebelum merdeka. Perjuangan para perempuan yang sudah dan belum menikah saat itu menginisiasi pelaksanaan Kongres Perempuan pertama.

Triana menuturkan, kongres diikuti sekitar 1.000 orang perempuan dari 30 organisasi perempuan di seluruh nusantara. Dalam kongres, dibahas beberapa isu penting yang menyangkut kehidupan perempuan Indonedia masa itu.

Tiga isu utama yang dibahas adalah perkawinan anak perempuan, budaua kawin paksa dan bagaima cara membendung pengaruh negatif budaya barat. Selain itu, dibahas pula usulan beasiswa bagi para janda dan anak-anak, pengentasan buta huruf dan perdagangan perempuan.

"Isu-isu penting seperti itu sudah mereka bahas sebelum kemerdekaan yang tujuannya untuk memajukan perempuan Indonesia. Isu-isu tersebut tetap relevan untuk masa sekarang," tegasnya.

Fakta sejarah ini, lanjut dia, mulai banyak dilupakan oleh masyarakat. Bahkan, ada kemungkinan generasi muda tidak mengenal sejarah kongres perempuan. Merujuk kepada fakta sejarah ini, Triana mengingatkan jika peran perempuan Indonesia dalam pembangunan bangsa telah ada sejak dulu.

"Pementasan ini adalah refleksi untuk mengingat perjuangan perempuan di masa lalu dan menginspirasi perempuan di masa sskarang," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement