REPUBLIKA.CO.ID, PIDIE JAYA -- Gempa dahsyat berkekuatan 6,5 skala richter menggoncang Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, hingga menyebabkan ribuan rumah rusak, sudah sepekan berlalu. Namun, ketakutan yang disebabkannya belum hilang dari benak Putri.
Gadis kecil berusia delapan tahun tersebut masih terus murung sepanjang hari. Ia tak berminat melakukan kegiatan apapun sejak tinggal di posko pengungsian. Bahkan, untuk makan saja, Putri harus dibujuk. Ia hanya mau duduk bersandar di pangkuan ibunya.
Saat puluhan anak korban gempa lain tengah asyik mendengarkan dongeng yang dibawakan Kak Seto, Putri lebih memilih diam di tenda. Lagu-lagu riang yang dinyanyikan kawan-kawan sebayanya juga tak cukup membuat Putri tertarik untuk bergabung bersama mereka.
Siang itu, Kamis (15/12), suasana di posko pengungsian yang berada di halaman Masjid Al Istiqamah, Kelurahan Meureudu, Kecamatan Trienggadeng lebih ramai dari biasanya. Maklum, posko tersebut tengah mendapat kunjungan dari Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana. Suasana yang ramai itu membuat Putri tak nyaman. Ia menangis kencang.
Suara tangisan tersebut rupanya menarik perhatian Ibu Negara. Ia menghampiri sumber suara dan mendapati Putri tengah menjerit sambil dipeluk ibunya. Beberapa relawan berusaha menenangkan gadis kecil yang masih mengenakan piyama tersebut.
Iriana berusaha mengajak Putri bicara sambil mengelus-elus rambut bocah tersebut demi mengetahui alasannya menangis. Namun, gadis berambut sebahu itu justru menangis makin kencang. Ibu Negara tak menyerah, ia berusaha membujuk Putri dengan hadiah buku, kemudian mengajak Putri untuk berfoto bersama Presiden Jokowi. Namun Putri tetap tak berminat.
Tim Layanan Dukungan Psikososial, Kementerian Sosial, Milly Mildawati, menuturkan ketakutan seperti yang dialami Putri juga ia temukan pada anak lain di posko pengungsian Paru, Pidie Jaya. Ada seorang anak perempuan berusia sekitar delapan tahun yang hingga kini tak berani masuk ke dalam ruangan beratap.