Senin 12 Dec 2016 06:40 WIB

Kota Bandung Inovasikan Prolanis di Puskesmas

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
Diabetes
Foto: Boldsky
Diabetes

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kota Bandung telah membuka program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) di tingkat puskesmas. Kepala Bidang Bina Pelayanan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr. Ekseveny mengatakan Kota Bandung memiliki 75 puskesmas yang tersebar.

Dalam prolanis ada program yang dijalankan puskesmas untuk mengajak masyarakat penderita penyakit diabetes dan hipertensi untuk rajin memeriksakan diri dan menjaga pola hidup sehat secara terintegrasi.

"Kami berusaha mengoptimalkan masyarakat untuk pola hidup sehat sejak dikeluarga. Kami hadirkan di puskesmas yang membina dan mengedukasi masyarakat sehingga terbentuk pemahaman sadar akan penyakit kronis yang dideritanya," kata Veny, Sabtu (9/12).

Menurut Veny, Kota Bandung terus mengupayakan inovasi dalam layanan prolanis di Puskesmas. Sehingga semakin banyak masyarakat yabg tergabung dalam layanan tersebut.

Ia menyebutkan salah satu puskesmas yang paling inovatif dalam membuat layanan prolanis adalah Puskesmas Talaga Bodas. "Puskesmas Talaga Bodas bisa mendesain sehingga layanan prolanis ini lebih inovatif dan menarik," ujarnya.

Kepala UPT Puskesmas Talaga Bodas, dr Siska Gerfanti mengatakan awalnya prolanis mulai dijalani di Puskesmas pada 2012. Saat itu hanya sekadar layanan edukasi yang minim peserta.

"2012 kita undang 125 pasien cuma 5 orang yang datang. Akhirnya kita terus sosialisasikan sekarang setiap bulan kami penyuluhan. 2014 hampir lima ribu. Sekarang pasien prolanis saya hampir 15 ribu. Untuk seluruh UPT puskesmas bahkan hampir 40 ribu. Walaupun tidak seluruhnya aktif ikut," kata Siska.

Siska menyebutkan dalam prolanis pasien tidak hanya diberi pengobatan atas penyakit kronisnya. Melainkan juga edukasi dan kegiatan melatih hidup sehat. Dalam kelas edukasi ia juga memberi tahu cara menghitung kandungan karbo yang harus jadi perhatian penderita penyakit diabetes. Juga makanan-makanan yang menjadi pantangan penderita hipertensi.

Layanan yang lebih dekat dengan pasien ini dianggap sukses menarik hati pasien. Karena pasien tidak lagi takut atau enggan datang ke puskesmas. Metode ini pun disebutnya telah diadopsi oleh beberapa puskesmas. Sehingga ia berharap puskesmas lainnya juga bisa menerapkan penggerakan prolanis yang lebih dekat dengan pasien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement