Salah satu hal lagi yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagai musisi, Rhoma tidak hanya berhasil mengangkat dirinya dan Soneta meraih puncak prestasi dan keberhasilan secara materi bagi diri mereka sendiri namun berapa banyak musisi-musisi yang mengikuti (lebih tepat peniru/plagiat) Rhoma dan Soneta turut meraih sukses, dari kelompok ini dapat disebut Mara Karma, Nano Rhomansa, Iin Batara, Liliek MS, Uci Marshal, dan lainnya. Ini hanya di tahun 80an ketika Rhoma dan Soneta dilarang untuk tampil di TVRI, satu-satunya stasiun televisi saat itu.
Di era 90an muncul duet Nada Soraya dan Nadi Baraka yang sukses berkat lagu-lagu "ampas" Rhoma Irama dan SONETA, begitupun penyanyi Rana Rani yang sukses berkat lagu Mimpi Buruk, Untukmu, Mengapa, dan lainnya.
Di tahun 2000-an yang berarti lebih dari empat dekade perjalanan karir Rhoma Irama dan Soneta tetap saja fenomena Rhoma Irama tak lekang oleh waktu. The Rhompals, Asep Rhomansyah, Yudha Irama, Fauzi Alfarez dan banyak lagi yang lainnya tetap mampu mencuri perhatian dengan "menjual" pesona Rhoma Irama. Dan ini sah-sah saja, Rhoma tidak keberatan dan malah mendoakan agar mereka semua sukses dan berjuang bersama membesarkan musik dangdut yang sopan dan bertanggung jawab.
Hari ini (Ahad, 11/12) Rhoma Irama berusia 70 tahun. Usia yang sudah tidak mungkin lagi dapat "dipaksa" untuk berkarya seperti 30 tahun silam. SONETA pun kini sudah berganti personil, usia dan kesehatan telah "memaksa" para pendekar Soneta mundur dari "rimba persilatan". Secara emosional Soneta mungkin sudah "kehilangan ruh" namun spirit yang telah lama terbentuk tak akan musnah untuk terus Istikomah dalam memperjuangkan musik Melayu dengan tetap bersyair dan berrsyiar.
Selamat memperingati hari kelahiran Pak Haji, semoga tetap abadi bersama SONETA....!
Ikuti Whatsapp Channel Republika
